Quantcast
Channel: Warta Putra Balangan
Viewing all 193 articles
Browse latest View live

JAMBAN KOMUNAL SOLUSI PENCEMARAN TINJA SUNGAI MARTAPURA

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

jamban
Banjarmasin, 20/3 (Antara) – Kondisi air Sungai Martapura, baik di wilayah Kabupaten Banjar, maupun di wilayah Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan yang terlihat bersih tidak berarti bisa langsung dikonsumsi tanpa direbus terlebih sebab bisa-bisa terkena diare.

Masalahnya kandungan bakteri e-coli di sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus dan bermuara di Sungai Barito Kota Banjarmasin tersebut begitu tinggi setelah tercemar berat kotoran manusia (tinja).

Hal itu terjadi setelah sekian lamanya kebiasaan (budaya) masyarakat membuang air besar ke sungai, lalu bermunculanlah ratusan bahkan ribuan buah jamban terapung di sisi kanan dan kiri sungai yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat setempat itu.

Masyarakat sudah terbiasa masuk jamban lalu membuang air besar dengan mudah jatuh ke sungai, dengan mudah pula memanfaatkan air sungai untuk membersihkan badan setelah buang hajat tersebut.

“Lihat saja di tengah kota Martapura, hingga ke Desa Lok Baintan terdapat deretan jamban terapung di atas air, jumlahnya sudah mencapai 2800 buah,” kata Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Banjar, Boyke W Triestianto ST MT ketika berkunjung ke kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, Sabtu (16/3).

Boyke mendampingi Bupati Banjar, Sultan KhairulSaleh bersama puluhan wartawan yang tergabung dalam komunitas “pena hijau” untuk melakukan penanaman bibit penghijauan di lokasi hutan lindung tersebut.

Menurut Boyke, dengan jumlah jamban terapung sebanyak itu bila satu jamban setiap harinya dipakai untuk buang air besar antara 10 hingga 15 penduduk maka kawasan tersebut setiap harinya tercemar antara 10 hingga 14 ton tinja manusia.

jamban

Itu hanya kawasan tersebut padahal jamban terapung juga terlihat dimana-mana di sungai Martapura itu, maka sudah bisa dibayangkan berapa besar pencemaran tinja terhadap lingkungan di kawasan itu, wajar bila kawasan tersebut begitu tinggi kandungan baktari e-koli.

Berdasarkan catatan, Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.

Secara terpisah, Kepala Perusahaan Daerah (PD) Pengolahan Air Limbal (PAL) Banjarmasin, Muh Muhidin membenarkan kandungan baktari coli di sungai Martapura,khususnya di Banjarmasin sudah tercatat 16000 PPM, sementara batas baku mutu hanya 30 PPM, begitu tingginya pencemaran tinja di wilayah ini.

Hal itu karena kebiasaan masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Martapura membuang seenaknya tinja ke sungai, sehingga air yang mengalir ke Banjarmasin ini tercemar bakteri yang berasal tinja tersebut.

Kasus diakibatkan pencemaran e-coli, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalsel, menunjukan kasus diare terjadi pada 7,71/1000 penduduk dengan angka kematian 0,27/100.000 penduduk.

Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Badan Lingkungan Hidup Daerah Pemerintah Provinsi Kalsel, Ninuk Murtini, pernah pula mengatakan mengatakan dari hasil pemeriksanaan kondisi air sungai beberapa titik hasilnya sebagian besar air sungai tercemar dengan rata-rata kandungannya di atas ambang batas.

Bukan hanya e-coli, pencemaran sungai tersebut antara lain, untuk kandungan mangan atau Mn seharusnya hanya 0,1 miligram tapi berdasarkan hasil penelitian di Sungai Barito mencapai 0,3135 miligram atau jauh di atas ambang batas.

Titik terparah berada di Sungai Barito di sekitar Pasar Gampa Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, selain itu di Hilir Pulau Kaget mencapai 0,2097 miligram dan Hulu Kuripan atau di sekitar kantor Bupati Barito Kuala mencapai 0.2029 miligram.

Menurut Ninuk pemeriksanaan tidak hanya dilakukan di Sungai Barito tetapi di sungai lainnya dengan total pengambilan sampel sebanyak 29 titik yaitu enam titik di sungai Barito, enam titik sungai Martapura dan tujuh titik di Sungai Negara.

Dengan kondisi tercemar itu,S maka bisa jadi salah satu pemicu timbulnya penyakit lainnya seperti autis, gangguan saraf, dan ginjal.
Seribu Jamban

jamban komunal

Jamban komunal
Melihat tingkat pencemaran tinja yang sudah mengancam kesehatan warga tersebut, telah melahirkan keinginan banyak pihak untuk mencarikan solusinya antara lain melalui program pembangunan jamban komunal.

Jamban komunal adalah jamban umum yang bisa digunakan secara bersama oleh warga membuang air besar, tetapi letaknya di daratan bukan di sungai, di lokasi pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi 300-500 orang per hektare.

Menurut, Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Kabupaten Banjar Boyke pihaknya sudah menganggar sejumlah dana untuk pembuatan jamban sekaligus MCK komunal di beberapa tempat.

Selain itu pihaknya juga memperoleh dana dari sumbangan pemerintah Australia sebesar Rp1,2 miliar dalam upaya penanggulangan jamban tersebut.

Pemerintah Provinsi Kalsel sendiri segera pula membangun seribu jamban di daratan untuk mengatasi masalah tingginya pencemaran bakteri e-coli yang berasal dari tinja manusia.

Wakil Gubernur Kalsel, Rudy Resnawan di Banjarmasin menyatakan selama ini pihaknya telah mengkampanyekan agar masyarakat tidak membuang air besar di sungai, tetapi kampanye tersebut belum bisa maksimal karena tidak dibarengi dengan aksi pembangunan jamban rumah tangga di daratan.

“Selama ini jamban keluarga dibangun dengan biaya masyarakat sendiri, sehingga banyak warga yang enggan untuk melaksanakan program tersebut,” katanya.

Banyaknya masyarakat yang memilih membangun jamban di atas sungai dengan biaya lebih murah tersebut, membuat pencemaran di sungai masih sulit diatasi.

Dengan demikian, tambah Wagub, pada 2013 ini Pemprov Kalsel mengalokasikan dana dari APBD sebesar Rp1,5 miliar untuk pembangunan jamban keluarga dengan harapan masyarakat tidak lagi membuang air besar di sungai.

Selain itu, jamban keluarga tersebut juga akan dilengkapi dengan pompa air, sehingga tidak ada alasan lagi bagi masyarakat tidak ada air sehingga jamban tidak bisa digunakan.

“Tidak jarang begitu dibangunkan jamban masyarakat tetap memilih ke sungai dengan alasan tidak ada air, saya harap alasan tersebut sudah tidak ada lagi,” katanya.

Program pembangunan seribu jamban ini, merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menjaga kesehatan masyarakat melalui minimalisasi pencemaran sungai dari bakteri yang disebabkan oleh sampah rumah tangga dan bakteri e-coli.

Sebagaimana diketahui, sungai merupakan tumpuan hidup masyarakat Banjarmasin sejak dulu hingga sekarang, hampir sebagian besar kegiatan warga Banjarmasin tidak terlepas dari sungai.

Kegiatan tersebut mulai dari mencuci, memasak, mandi, transportasi hingga kegiatan ekonomi dilakukan di sungai.

Dengan adanya program seribu jamban komunal ditambah berbagai kampanye lingkungan dan kebersihan sungai diharapkan budaya jamban yang melahirkan pencemaran bakteri e-coli di Sungai Martapura dan Barito Kalsel bisa teratasi.



MENCARI KEPUASAN JIWA DENGAN BUDI DAYA ANGGREK KALIMANTAN

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

halaman2

halaman rumah

http://hasanzainuddin.wordpress.com/anggrek-balangan

Setiap bangun tidur Haji Jainudin (50) langsung ke pekarangan rumahnya di bilangan Jalan Sultan Adam, Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, semata ingin menyaksikan sekuntum bunga anggrek mekar yang dibudidayakan di lahan kecil tempat tinggalnya.

Dalam hatinya bertanya-tanya, seperti apakah gerangan rupa mekar bunga anggrek yang baru saja diperolehnya di hutan Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan tersebut. Sebab, ia belum pernah melihatnya.

Setelah menyaksikan dengan saksama bunga yang sudah mekar itu hatinya begitu senang. Berulangkali ia amati. Walau kecil saja bunganya tetapi berbau harum, dan memberikan warna warni dan bintik-bintik merah.

“Indah sekali. Indah sekali,” kata Haji Jainudin sambil berjingkrak seraya mengambil sebuah kamera lalu membidikkan berulangkali ke arah sekuntum bunga anggrek yang baru mekar tersebut.

Kemudian hasil jepretannya dikoleksi, kemudian disusun rapi dalam sebuah album di komputer dan diberi judul “bunga-bunga anggrek alam Kalimantan.”

halaman
Lain lagi cerita pecinta anggrek lainnya, Khaidir (45) juga berada di bilangan Jalan Sultan Adam Banjarmasin, ia paling suka menghadapi tantangan dengan memelihara anggrek Kalimantan yang masih kecil-kecil. Karena masih kecil, riskan mati dan busuk, sehingga harus dirawat secara saksama agar bisa besar dan berbunga.

Bibit anggrek kalimantan ia peroleh dari para pedagang di pinggir jalan atau ada pula yang melalui pusat penjualan bibit anggrek yang ada di Banjarmasin.

“Saya itu sangat puas hati, jika anggrek bulan hutan Kalimantan yang kecil-kecil itu kemudian tumbuh subur menjadi sebuah untaian anggrek bulan yang besar dan melahirkan bunga-bunga yang indah pula,” kata Khaidir.

Bila beberapa anggrek bulan itu bermekaran di musim hujan seperti sekarang ini, waduuuh senang sekali rasanya, dan itulah pesona kegandrungan memelihara anggrek alam, tambahnya.

Anggrek alam Kalimantan yang dipelihara kedua pecinta anggrek tersebut memang asli berasal dari hutan belantara, bukan hasil rekayasa manusia seperti anggrek-anggrek hibrida yang banyak diperjual belikan di pasaran.

Bentuk anggrek Kalimantan ini beraneka ragam, baik bentuk bunga, bentuk barang, bentuk buah, bentuk daun dan cara hidupnya pula, ada yang hinggap di batang induk, ada yang tumbuh di tanah, ada pula yang hanya bergelantungan di di pohon.

halaman1

Seorang pencinta anggrek lainnya, Rusmin Argalewa yang sekarang menjadi Staf Ahli Wali Kota Banjarmasin yang juga mantan Kepala Dinas Pertanian, serta mantan Kepala Dinas Pertamanan Kota setempat menyatakan kesenangannya memelihara anggrek hutan Kalimantan sejak dulu.

Rusmin yang bermukim di kompleks perumahan Pemkot Banjarmasin di bilangan belakang Stadion Lambung Mangkurat, kilometer lima Banjarmasin memiliki puluhan bahkan ratusan spesies anggrek asal pulau terbesar Indonesia tersebut.

Rusmin sendiri selain mengoleksi anggrek juga tanaman khas Pulau Borneo ini seperti aneka jenis buah-buahan yang sudah tergolong langka.

“Berdasarkan hasil penelitian siapa yang suka memelihara anggrek dengan saksama dengan perasaan senang, maka akan selalu awet muda,” tuturnya.

Konon, katanya, saat perasaan hati senang itu terproduksi sebuah hormon dalam tubuh yang bisa melahirkan “antibody” hingga badan sehat wal’afiat jauh dari serangan penyakit.

Dengan alasan itulah ketiga pecinta anggrek asal Banjarmasin ini selalu berlomba menambah koleksi anggrek hutan.

Para pecinta anggrek alam mengoleksi dengan berbagai cara, selain memburu sendiri ke hutan, juga membelinya dari para penebang kayu, pembuka lahan, atau di pedagang pinggir jalan.

Lokasi yang paling banyak menjual anggrek hutan Kalimantan ini, adalah pada tiap hari Minggu di bilangan Jalan A Yani, Kertak Hanyar Banjarmasin.

Anggrek hutan ini bentuknya beraneka ragam, ada yang menempel di pohon induk, atau di pagar, di pakis, sabut kelapa, ada pula yang hanya bergelantungan di pohon dengan menghirup nutrisi di udara serta yang hidup di tanah.

Hutan Kalimantan, khususnya Kalsel memang memiliki kekayaan flora yang khas, khususnya anggrek.

Berdasarkan catatan anggrek hutan Kalimantan mencapai ratusan bahkan ribuan spesies, dan selalu menjadi pembicaraan kalangan pecinta anggrek karena jenis di pulau terbesar ini dinilai khas dan indah. Sebut saja yang dinamakan anggrek hitam (Coelogyne pandurata).

Lidah bunga hitam pekat dengan kelopak mahkota hijau mulus menjulur di batang tangkai. Itulah kekhasan anggrek hitam sang primadona Kalimantan itu.

Kemudian ada lagi anggrek yang disebut Grammatophyllum speciosum, atau anggrek harimau atau juga disebut sebagai anggrek tebu lantaran bentuk batang dan daun seperti tebu, adalah anggrek terbesar di dunia yang berkembang biak di sela-sela pohon besar, Satu rumpun tanaman ini pernah tercatat memiliki berat dua ton.

Berada di lingkungan panas, hutan tropis yang lembab di kawasan Pulau Kalimantan juga menjadi daya tarik kolektor anggrek.

Keistemewaan anggrek tebu sangat tahan lama dan dapat bertahan sampai dua bulan. Bunganya dapat mencapai 6 inchi, kuning krem dengan bintik cokelat atau merah tua. Stem bunga dapat mencapai 6-9 inchi dengan 60-100 kuntum per tangkai.

Kawasan anggrek yang cukup dikenal di Kalimantan Selatan adalah hutan Pegunungan Meratus, wilayah yang membujur dari selatan ke utara, mengandung kekayaan alam flora dan fauna. Hutan ini ternyata disebut juga dengan istana anggrek.

Wilayah hutan Pegunungan Meratus Kalsel itu meliputi Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong, Balangan dan Hulu Sungai Tengah (HST).

Bukan saja terdapat dua jenis anggrek yang dikenal itu, tetapi beberapa jenis anggrek lainnya seperti jenis Phalaenopsis bellina, Arachis breviscava, Paraphalaenopsis serpentilingua, Macodes petola, jewel orchids, Tainia pausipolia, anggrek tanah, Phalaenopsis cornucervi, Coelogyne asperata, anggrek berbau busuk.

Kemudian anggrek pandan Cymbidium finlaysonianum, Dorrotis pulcherrima, Chairani punya Plocoglotis lowii, Tainia pauspolia, Destario Metusala, Ceologyne espezata, Paphiopedilum lowii dan Paphiopedilum supardii (anggrek nanas).

Tetapi belakangan yang paling populer adalah anggrek bulan spesies Pleihari yang terbilang langka.

Menurut Rusmin Argalewa yang juga anggota Perkumpulan Anggrek Indonesia (PAI) Kalsel, anggrek langka tersebut kini banyak diburu kolektor.

Bahkan Ny Hj Jusuf Kalla beberapa waktu lalu terkesan dengan anggrek hutan khas Kalsel tersebut sehingga membeli untuk dibawa ke Jakarta.

Anggrek ini termasuk langka di dunia dan dijadikan puspa pesona nasional.

Menurutnya jenis anggrek langka yang disebut spesies “Phalaenoasis amabilis Pleihari”, tersebut hanya beberapa kolektor saja yang memilikinya, lantaran sulit berkembang biak.

Anggrek Pleihari sejenis anggrek bulan yang hanya ada di hutan kawasan Pleihari, tetapi uniknya beda lokasi maka akan berbeda pula bentuk bunganya.

Seperti anggrek Pleihari yang diperoleh dari hutan kawasan Gunung Bira maka bunganya akan beda dengan anggrek Pleihari yang diperoleh dari kawasan hutan Gunung Ranggang, begitu juga anggrek Pleihari dari kawasan hutan Gunung Pleihari berbeda pula dengan yang lainnya.
Sementara keterangan lain menyebutkan anggrek spesies Pleihari ini memang agak beda dibandingkan anggrek kebanyakan, masalahnya daunnya agak panjang dan memiliki bunga yang unik, warna putih di tengah ada warna kuning dan di tengah warna kuning itu ada bintik-bintik merah.

Kelebihan dan keunikan lain jenis anggrek ini, adalah tangkai bunga, bila anggrek lain tangkai bunga biasanya mati setelah mengeluarkan bunga, tetapi bagi anggrek khas Pleihari ini justru tangkai bunga ini terus memanjang hidup dan akhirnya di tangkai bunga itu pula keluar bibit-bibit baru tanaman itu.

Untuk menanamkan kecintaan terhadap anggrek khususnya dari Kalimantan beberapa kegiatan terus dilakukan baik oleh pemerintah maupun dari PAI Kalsel, seperti beberapa kali kontes, pelatihan budidaya hingga kegiatan dialog mengenai anggrek menghadirkan pakar anggrek dari Jakarta, Franky Handoyo.

Berdasarkan sebuah tulisan pula upaya pengumpulan dan pendokumentasian tumbuhan dan termasuk anggrek alam Kalimantan dimulai sekitar tahun 1825 oleh George Muller asal Jerman.

Sementara antara tahun 1901-1902, ahli botani asal Jerman bernama Friederick Ricard Rudolf Schlechter melakukan ekspedisi di Kalimantan mengumpulkan sekitar 300 tanaman anggrek.

Pada tahun 1925, Eric P Mjoberg melakukan perjalan ke Kaltim dan mengumpulkan 15.000 tanaman.

Sebagian di antaranya diberikan ke Kebun Raya Bogor, yakni 127 jenis pakis dan anggrek.

Pada tahun yang sama, F Hendrik Endert, warga Belanda yang bekerja di Balai Penelitian Bogor juga melakukan ekspedisi ke Kaltim dan mengumpulkan 5.417 tanaman.

Melihat kekayaan alam Kalimantan dengan banyaknya spesies anggrek, sudah selayaknya habitat itu dijaga dan dilestarikan setidaknya melalui pembudidayaan dan pelestarian yang dilakukan kalangan kolektor agar jenis-jenis itu kian berkembang biak di kemudian hari.
anggrek1anggrek23456anggrek hitam78


WARTAWAN BERPERAN MENEKAN PENULARAN AIDS

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

2

“Alya” seorang waria dan sekretaris pengurus komunitas waria Kota Banjarmasin tak malu-malu menceritakan delapan tahun hubungannya dengan pasangannya yang menurutnya laki-laki muda, termasuk hubungan seks.

Sementara puluhan wartawan yang mengikuti workshop mengenai HIV/Aids di Banjarmasin 2-4 April 2013 itu, tertawa terpingkal-pingkal jika dari alur cerita yang disampaikan begitu lucu.

Sementara seorang staf Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kalsel, menceritakan pula adanya penderita AIDS di Kalsel menimpa seorang lelaki yang beristeri dua, hingga kedua isteri ikut mengidap penyakit itu.

Lalu diceritakan pula adanya seorang Penjaja Seks Komersial (PSK) di lokalisasi menderita AIDS lalu melayani konsumen laki-lakinya bergonta ganti.

“Terus terus, gali saja apa yang menarik yang bisa dikaitkan dengan potensi penularan Aids,” kata Saiful Harahap seorang narasumber dalam workshop yang diselanggarakan KPA Kalsel bekerjasama dengan Bidang Kesra Kantor Pemprop Kalsel tersebut.

Menggali berbagai keterangan dari mereka yang berpotensi tertular AIDS atau sumber-sumberlainnya sesuatu yang baik diketahui wartawan,kemudian diolah berita lalu disiarkan, dengan demikian masyarakat mengerti bagaimana penularan Aids lalu menghindarinya, kata pemimpin redaksi situs online www. Aidsindonesia.com
“Wartawan melalui pemberitaannya berperan besar untuk menekan penularan penyakit itu,” katanya saat workshop peliputan dan penulisan berita HIV/Aids yang komprehensif untuk wartawan guna mendorong penanggulangan Aids di Kalsel.

Mantan wartawan senior surat kabar Sinar Harapan itu menyebutkan dengan peran demikian pemerintah hendaknya memberdayakan wartawan dalam penanganan kasus yang mengkhawatirkan ini.

HIV/AIDS sangatlah berbahaya, sampai saat ini belum ditemukan obatnya, bahkan negara yang maju seperti Amerika Serikat dan China tidak mampu menemukan obat akan penyakit ini, salah satu yang efektif adalah menghindari kegiatan yang memiliki resiko terjangkit.

“Kita perlu mencegah penyakit HIV/Aids sebelum penyakit ini menyerang kita,” katanya
Caranya adalah mengungkap penomena penularan HIV/AIDS seperti di wilayah Kalsel ini yang sudah tergolong tinggi.

Berdasarkan laporan KPA Kalsel jumlah kasus HIV/AIDS wilayah inii 2002- 2012 tercatat 587 kasus.

Koordinator Sekretariat KPA Kalsel, Nursalin, saat pembukaan kegiatan itu menjelaskan rincian kasus HIV 2002 empat kasus, 2003 lima kasus, 2004 tujuh kasus, 2005 sebesar 20 kasus, 2006 sebanyak 16 kasus, 2007 sebanyak 35 kasus, 2008 sembilan kasus, 2009 sebesar 23 kasus, 2010 sebesar 35 kasus, 2011 sebanyak 51 kasus, dan 2012 sebesar 120 kasus dengan jumlah komulatif 325 kasus.

Persentasi HIV tertinggi kelompok umur 20-29 tahun 40,6 persen, usia 30-39 tahun 18,6 persen, dan usia 40-49 tahun 4,9 persen. Persentasi pada laki-laki 17,8 persen perempuan 68,3 persen dan sisanya 13,9 persen adalah tidak diketahui.

Jumlah kasus HIV tertinggi penjaja seks 183 kasus, warga binaan pemasyarakatan 44 kasus, tenaga non profesional 22 kasus, dan ibu rumah tangga 18 kasus.

Daerah tertinggi HIV tertinggi adalah Tanah Bumbu 149 kasus, Kota Banjarmasin 68 kasus, Kota Banjarbaru 36 kasus, Kotabaru 16 kasus, dan Kabupaten Banjar 13 kasus.

Sedangkan kasus AIDS tahun 2006 dilaporkan 10 kasus, 2007 18 kasus, 2008 23 kasus, 2009 28 kasus, 2010 38 kasus, 2011 65 kasus, dan 2012 80 kasus dengan jumlah 262 kasus.

Persentasi terkena usia, tertinggi 30-39 tahun 38,2 persen, 20-29 tahun 35,3 persen, dan 40-49 tahun 15,3 persen, persentasi pada laki-laki 62,2 persen dan perempuan 37,8persen, tambahnya.

Kasus AIDS tertinggi pada ibu rumah tangga 41 kasus,non profesional 34 kasus, penjaja seks 18 kasus,dan lain-lain sembilan kasus.

Jumlah kasus Aids terbanyak dilaporkan di Kota Banjarmasin 121 kasus, Kota Banjarbaru 25 kasus, Kabupaten Tanah Bumbu 25 kasus,Kabupaten Kotabaru 16 kasus, serta Kabupaten Tabalong 13 kasus.

Mengenai situasi HIV/AIDS triwulan IV,Oktober-Desember 2012 lalu disebutkannya kasus HIV tertinggi kelompok umur 20-29 tahun atau 50 persen, diikuti kelompok usia 30-39 tahun 31,25persen, dan kelompok 40-49 tahun 12,5persen.

Rasio HIV antara perempuan dan laki-laki adalah1,2 :1 dan persentasi faktor resiko HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak aman 93,6 persen, prinatal 6,25 persen.

Jumlah kasus HIV tertinggi dilaporkan di Kota Banjarmasin, enam orang,Kabupaten Tanah Bumbu lima orang, Kota Banjarbaru dua orang, dan sekorang lagi di Kabupaten Kotabaru.

Sementara kasus Aids periode Oktober-Desember 2012 dilaporkan 17 kasus, persentasi tertinggi usia 30-39 tahun 47,1persen, diikuti kelompok usia 20-29 tahun 41,2persen, dan kelompok usia 40-49 tahun 11,8 persen.

Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan 1,1 :1 dan jumlah kasus tertinggi Kota Banjarmasin empat orang, Kabupaten Tanah Bumbu empat orang,Kotabaru tiga orang, Kabupaten Banjar dua orang, Barito Kuala seorang, Tabalong seorang, serta Kota Banjarbaru seorang
Terungkap pula selain penderita terdapat 41 kasus mengenai ibu rumah tangga serta tujuh kasus terhadap bayi.

Menurut Saiful, AIDS bisa juga dikatakan bukan penyakit hanyalah kondisi terjadi pada seseorang yang sudah tertular HIV karena kerusakan sistem kekebalan tubuh.
Hubungan seks
Kondisi seseorang yang sudah tertular HIV (secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular) yang ditandai dengan beberapa jenis penyakit (disebut infeksi oportunistik), seperti jamur, sariawan, diare, TB yang sangat sulit disembuhkan
HIV dalam jumlah yang dapat ditularkan (hanya) terdapat dalam
Cairan darah (laki-laki dan perempuan) air mani (laki-laki, dalam sperma tidak ada HIV) cairan vagina (perempuan) air susu ibu (ASI).

Salah satu alasan mengapa HIV sangat berbahaya jika sudah masuk ke dalam tubuh adalah HIV akan masuk ke dalam sel-sel darah putih dan menjadikannya sebagai pabrik untuk memproduksi HIV baru.

Setiap hari HIV rata-rata memproduksi 10 miliar (10.000.000.000) sampai 1 trilun (1.000.000.000.000) virus (HIV) baru.

HIV yang baru diproduksi itu kemudian mencari sel darah putih lagi dan kembali memproduksi HIV baru.

Melihat tinggi kasus penyakit ini di Kalsel,ini harus ditungkap agar masyarakat mengerti dan tahu lalu menghindari hal-hal yang bisa tertular AIDS.

Biasanya,katanya, pertumbuhan penyakit ini kebanyakan melalui hubungan seks, dari seorang laki-laki terjangkit kepada perempauan, dan perempuan terjangkit jika berhubungan seks lagi dengan laki-laki lain maka laki-laki lain juga terjangkit, terus demikian.

Perempuan terjangkit bisa pula menjangkiti bayi yang baru lahir, dengan demikian maka HIV/AIDS terus menular.

Maka sudah bisa dibayangkan jiga ada sepuluh ibu rumah tangga yang terjangkit berarti ia mempunyai suami sepuluh orang juga berarti sudah ada 20 yang terjangkit.

Kemudian jika ada 10 bayi terjangkit karena ia memiliki ayah dan ibu berarti sudah ada 30 orang yang terjangkit, dan mudah menghitungkan dan jika yang terjangkit itu ribuan maka sudah berapa yang trerjangkit, tuturnya.
Menurutnya lagi seseorang bisa tertular HIV, jika melakukan hubungan seksual, di dalam atau di luar nikah, dengan orang yang sudah tertular HIV (HIV-positif) dengan kondisi alat kelamin laki-laki bersentuhan langsung dengan alat kelamin perempuan.

Kemudian bisa pula menerima transfusi darah yang mengandung HIV
menerima cangkok organ tubuh yang mengandung HIV, menggunakan jarum suntik, jarum tindik, jarum tattoo, jarum akupunktur, alat-alat kesehatan yang terkontaminasi darah yang mengandung HIV menyusui air susu ibu (ASI) yang mengandung HIV. katanya.

Dalam kegiatan tersebut para peserta selain diminta bertanya ke berbagai pihak juga diajak mengunjungi lokasisasi Pembatuan kilometer 17 Kabupaten Banjar.

Dengan penggalian kberbagai sumber dari wartawan diharapkan akan terungkap misteri penomena penyebaran Aids dengan demikian diharapkan akan mampu mencari solusi terbaik menekan penyakit tersebut.


MENGEREM PENULARAN HIV/AIDS MELALUI KONDOM

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

colored condoms - farbige kondome
Sejumlah wartawan peserta workshop peliputan dan penulisan berita HIV/AIDS diminta memegang masing-masing sebuah kondom.

Seorang peserta putri yang berstatus gadis, begitu seksama memperhatikan bentuk kondom yang tebuat dari karet itu. Sesekali ia tersenyum, lalu memegang kondom.

“Kondom ini kemungkinan sudah pernah dipakai,” kata putri yang mengaku baru menggeluti dunia wartawan di salah satu media di Banjarmasin tersebut.

“Tidak pernah dipakai, kondom itu baru,” kata Syaiful Harahap yang dikenal sebagai pemimpin redaksi situs online http://www.Aidsindonesia.com.

“Tapi ini kok ada cairannya yang masih melekat,” kata putri sambil tertawa, “Itu cairan pelicin, jadi kalau kondom ini digunakan bisa lancar,” kata Syaiful yang dalam pelatihan itu bertindak sebagai narasumber.

“Apa benar kondom ini aman dari penularan HIV/AIDS,” kata Anang, peserta lainnya. “Ya lah kan ini dirancang untuk kuat menahan cairan air mani laki-laki agar tidak bersentuhan dengan cairan vagina perempuan,” kata Syaiful Harahap pula.

Selain diperlihatkan kondom untuk laki-laki yang bentuknya memanjang ada kantungan kecil di ujung kondom itu, juga diperlihatkan kondom perempuan bentuknya seperti tanaman kantong semar.

“Kalau ini buatan Indonesia, memang kata pemakainya agak ada rasa kurang enak, kalau ini kondom perempuan buatan luar negeri, katanya sih enakan kalau dipakainya, sayangnya kondom buatan luar negeri ini sulit dicari di tempat kita,” kata Syaiful Harahap.

Untuk memperkenalkan aneka jenis kondom tersebut, penyelanggara workshop, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kalsel membentuk beberapa kondom seperti balon-balon dengan aneka warna warni, peserta dipersilahkan memperhatikan kondom-kondom tersebut.

Workshop 2-4 April 2013 di Banjarmasin yang diikuti 19 utusan media massa cetak dan elektronik serta utusan pemerintah yang ada di kota ini, guna meningkatkan pengetahuan wartawan tentang HIV/AIDS sehingga bisa menulis berita dan reportase yang komprehensif dan menjadikan berita HIV/Aids sebagai berita rutin di media massa.

Menurut berbagai catatan, HIV adalah salah satu virus yang hidup di dalam tubuh manusia.

Virus adalah jasad renik yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, yang menyebabkan dan menularkan penyakit pada manusia, flora dan fauna.

kondom wanita

kondom wanita

HIV (Human Immunodeficency Virus) termasuk jenis retrovirus (virus yang hanya bisa berkembang biak di sel-sel darah putih manusia) yang menyebabkan (kondisi) AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrom)
AIDS adalah kondisi bukan penyakit yang terjadi pada seseorang yang sudah tertular HIV karena kerusakan sistem kekebalan tubuh dirusak HIV yakni kondisi seseorang yang sudah tertular HIV (secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular) yang ditandai dengan beberapa jenis penyakit (disebut infeksi oportunistik), seperti jamur, sariawan, diare, TB, dll, yang sangat sulit disembuhkan.

HIV dalam jumlah yang dapat ditularkan (hanya) terdapat dalam cairan darah (laki-laki dan perempuan), air mani (laki-laki, dalam sperma tidak ada HIV), serta cairan vagina (perempuan) dan Air Susu Ibu (ASI).

HIV juga bisa tertular melalui transfusi darah yang mengandung HIV
menerima cangkok organ tubuh yang mengandung HIV, menggunakan jarum suntik, jarum tindik, jarum tattoo, jarum akupunktur, alat-alat kesehatan yang terkontaminasi darah yang mengandung HIV, air susu ibu (ASI) yang mengandung HIV.

Salah satu alasan mengapa HIV sangat berbahaya jika sudah masuk ke dalam tubuh adalah HIV akan masuk ke dalam sel-sel darah putih dan menjadikannya sebagai pabrik untuk memproduksi HIV baru.

Setiap hari HIV rata-rata memproduksi 10 miliar (10.000.000.000) sampai 1 triliun (1.000.000.000.000) virus (HIV) baru.

HIV yang baru diproduksi itu kemudian mencari sel darah putih lagi dan kembali memproduksi HIV baru.

Menurut narasumber yang juga mantan wartawan surat kabar Sinar Harapan itu, penularan HIV didominasi melalui hubungan seks yaitu melalui air mani dan cairan vagina.

Tetapi walau diketahui salah satu pasangan mengidap HIV bila menggunakan kondom tenbtu tidak akan tertular, asal pemakaiannya secara benar, jangan sampai robek.

Apalagi kondom sekarang terbuat dari karet walau lembut tapi tak mudah robek, beda dari kondom yang dulu berasal dari bahan usus binatang.

“Bila seorang pasangan mengidap HIV, jangan takut berhubungan seks asal pakai kondom, makanya penderita HIV jangan dikucilkan, biarkan ia hidup sebagaimana mestinya,” kata Syaiful.

Apalagi terinfeksi HIV bukanlah vonis mati, AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral atau ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga seorang terinfeksi HIV dapat kembali sehat atau bebas gejala, namun virus HIV masih ada di dalam tubuh dan tetap menularkan virus tersebut.

Penularan HIV kebanyakan setelah penderita HIV melakukan hubungan seks dengan orang lain, kemudian orang lain terinfeksi lalu melakukan hubungan seks lagi dengan orang lainnya, begitu seterusnya sehingga penularan HIV terus berlanjut.

Orang yang terinfeksi virus HIV biasanya tak merasa apa-apa, karena bisa terasa bila sudah terkena AIDS, di mana tingkat kekebalan tubuh menurut yaitu antara jarak lima hingga 15 tahun setelah terinfeksi HIV.

“Bila seseorang terkena influinza (flu) tak sembuh-sembuh maka patut dicurigai terinfeksi HIV, begitu juga jika diare tak sembuh-sembuh perlu tes darah untuk mengetahui apakah di tubuhnya sudah ada virus HIV,” kata narasumber kelahiran Sumatera Utara tersebut.

Ia mencontohkan penularan HIV melalui suami yang sudah terinfeksi HIV melakukan hubungan seks dengan isterinya, kemudian istrinya terinfeksi lalu menularkan ke anak bayinya melalui ASI.

Atau bisa jadi isteri itu cerai dengan suami yang terinfeksi, kemudian ia kawin laki dengan laki-laki lain hingga laki-laki lain terinfeksi.

“Berdasarkan keterangan KPA, ada seorang pengusaha beristri enam dan ternyata keenam isterinya itu terinfeksi, kemudian dari enam isterinya itu ada yang diceraikan, kemudian kawin dengan laki-laki lain, maka laki-laki lain yang menjadi suami baru itu pun terinfeksi,” ujarnya.

Ada lagi cerita seorang wanita pelacur setelah melayani tamunya terinfeksi HIV lalu pelacur itu terinfeksi HIV, setelah itu lantaran pelacur itu cantik maka dia melayani puluhan tamu laki-laki setiap minggu, maka sudah bisa dibayangkan bagaimana penularan HIV tersebut.

Melihat kasus di atas di mana perempuan terjangkit bisa pula menjangkiti bayi yang baru lahir, bila ia memiliki beberapa anak maka sudah berapa yang terinfeksi.

Selain itu bisa dibayangkan jika ada sepuluh ibu rumah tangga yang terjangkit berarti ia mempunyai suami sepuluh orang juga berarti sudah ada 20 yang terjangkit.

Kemudian jika ada 10 bayi terjangkit karena ia memiliki ayah dan ibu berarti sudah ada 30 orang yang terjangkit, dan mudah menghitungkan dan jika yang terjangkit itu ribuan maka sudah berapa yang terjangkit, tuturnya.
Melihat kian merebaknya penyakit HIV/AIDS sudah selayaknya semua lapisan masyarakat menjahui kegiatan yang bisa menularkan penyakit mamatikan tersebut.


IKAN KERING SEJAHTERAKAN WARGA KALSEL

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

iwak karing
Bila kebetulan berkunjung ke Banjarmasin, khususnya ke Pasar Ahad Kertak Hanyar akan melihat sederetan ibu-ibu berjualan ikan kering sepat, haruan, biawan,pepuyu dan aneka ikan kering air tawar lainnya.

Dari lokasi inilah biasanya banyak pengunjung membeli ikan kering untuk oleh-oleh lantaran produksi ikan kering di lokasi ini terkenal tawar tidak asin.

Banyak pendatang ke Banjarmasin selain bertamasya juga hanya mencari ikan kering air tawar atau air rawa produksi setempat, dan konon sangat diminati warga yang berada di Pulau Jawa khususnya Jakarta.

Ibu Siti, seorang pedagang ikan kering di Pasar Kertak Hanyar mengakui tingginya minat pembeli terhadap dagangannya, tetapi yang paling ramai pembelinya pada hari Minggu.

Selain banyak menjual secara eceran di Pasar kertak Hanyar, Ibu Siti juga melayani pesanan.

“Kami banyak memperoleh pesanan, dari kalangan hotel, pemandu wisata, atau pengelola wisata lainnya, guna memenuhi permintaan wisatawan di wilayah ini,” kata Ibu Siti.

Menurut dia, agar lebih menarik ikan gabus atau sepat kering ukuran sedang pada saat proses pengeringan diletakkan satu per satu hingga membentuk formasi melingkar antara 20 hingga 30 ekor.

Pembentukan formasi ikan kering kering itu di saat penjemuran seperti itu menyebabkan ikan yang satu dan yang lainnya saling menempel kuat bagaikan kena lem.

-ikan sepat

Dengan formasi ikan kering yang demikian maka saat dipajang tampak begitu bagus, dan menarik dipandang para pembeli.

Kemudian agar lebih menarik lagi, disediakan alat khusus yang disebut bakul purun (tas kecil terbuat dari anyaman tanaman purun) lalu ikan itu diletakkan di dalam bakul itu hingga mudah menjinjingnya.

“Biasanya, para wisatawan lebih suka yang sudah disediakan seperti ini,” kata ibu Siti, seraya mengangkat satu bakul purun berisi dua kilogram ikan kering tersebut.

Menurut Masdulhak tak heran bila produk ikan kering ini menjadi bagian dari daya tarik wisatawan ke Kalsel.

Banyak wisatawan nusantara yang datang secara rombongan ke Banjarmasin menyempatkan diri minta antarkan kelokasi penjualan ikan kering seperti ke Pasar Ahad Kertak Hanyar, ke Pasar Sentra Antasari, ke Pasar Lima, atau Ke lokasi Pasar Lama.

Para pendatang tersebut agaknya lebih meminati membeli ikan kering ketimbang oleh-oleh lain, seperti kain, makanan ringan, kerajinan, atau buah-buahan.

Menurut banyak penuturan pendatang, kata Masdulhak, ikan air tawar yang dikeringkan produksi Kalsel itu lebih enak, khususnya ikan gabus kering dan sepat kering.

“Konon ikan kering itu hanya digoreng saja, lalu makan nasi bersama sayur bening, terasa nikmat,”kata Masdulhak meniru penuturan wisatawan.

Oleh karena itu sebuah kesempatan bagi mereka saat datang ke Kalsel membeli ikan kering dengan jumlah relatif banyak agar bisa dimanfaatkan lama atau dibagi-bagi lagi ke tetangga setelah datang ke kampung mereka.

Melihat tingginya minat pembeli ikan air tawar kering itu menimbulkan kegairahan petani atau nelayan berproduksi ikan kering,hal itu bisa dilihat di sentra-sentra perikanan air tawar, seperti di kawasan Kertak Hanyar, Gambut, Aluh-aluh, Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

iwak karing1

Atau daerah rawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tanah Laut dan Barito Kuala, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Harga ikan kering setempat memang bervariasi tetapi di Banjarmasin, ikan kering gabus kualitas baik Rp60 ribu per kilogram tetapi kualitas sedang Rp40 ribu per kilogram, sementara harga sepat kering Rp40 ribu per kilogram ukuran baik dan Rp30 ribu per kilogram ukuran sedang.
Sentra HSU
Sentra produk ikan kering terbesar di Kalsel justru berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) karena kawasan tersebut memiliki kawasan rawa monoton sekitar 40 ribu hektare yang kesemuanya berpotensi menghasilkan ikan air tawar tersebut.

Menurut Wahyudi petugas seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Perikanan HSU, produk ikan kering setempat sungguh diminati, dan pemasarannya hingga kenegri jiran Malaysia.

Menurutnya produk ikan kering HSU yang diolah oleh kelompok petani beberapa lokasi, melalui para pedagang banyak diantarpulaukan ke berbagai kota besar di tanah air,seperti Surabaya, Bandung, dan Jakarta.

Ia mencontohkan, salah satu lokasi sentra produksi ikan kering HSU, adalah Desa Pajukungan, yang pemasarannya bahkan sudah mencapai Pulau Jawa yang kemudian diteruskan penjualannya hingga ke Negeri Jiran Malaysia tersebut.

Para pelaku usaha pengolahan ikan kering yang memiliki modal besar di desa ini sudah lama melakukan penjajakan pemasaran Ikan kering ke beberapa kota di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.

“Dari Kota Bandung oleh pedagang setempat produk ikan kering ini kemudian dipasarkan hingga ke wilayah Malaysia” Ujarnya lagi.

Sebelum berdirinya Kelompok Pengolahan dan Pemasaran Ikan (KPPI) Usaha Bersama Desa Pajukungan Hulu pada April 2011, warga masih sendiri-sendiri dalam pengolahan dan pemasaran ikan kering, terkadang dijual kepada pedagang pengumpul dengan keuntungan kecil.

Namun sejak Kelompok Usaha Bersama berdiri, warga bisa turut menikmati keuntungan pemasaran yang lebih baik lagi.

Pada awalnya berdirinya kelompok ini hanya bertujuan untuk memanfaatkan satu unit gudang pengolahan perikanan beserta peralatannya bantuan dari Dinas Perikanan HSU yang saat itu sempat terbengkalai karena kurang dimanfaatkan tani nelayan setempat.

Namun melihat potensi perikanan yang cukup besar di Desa Pajukungan Hulu dan sekitarnya, membuat sejumlah tokoh masyarakat setempat tertantang untuk memanfaatkan gudang pengolahan perikanan tersebut dengan kelompok pengolahan dan pemasaran ikan ‘Usaha Bersama’.

Menurut pihak pengelolanya, selain berhasil memanfaatkan gudang bantuan pemerintah, melalui usaha ini juga membuka lapangan kerja
masyarakat setempat yang memang memiliki keahlian turun temurun dalam hal pengolahan ikan kering.

“Dengan adanya kelompok ini juga turut membantu kegiatan pasca panen sebagai upaya meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk
perikanan sehingga semakin meningkatkan pendapatan masyarakat” ujar Ketua kelompok H Khairan.

Karena bahan baku ikan mudah di dapat, khususnya ikan gabus dan ditunjang tenaga kerja dan pemasaran yang sudah terbuka lebar
khususnya ke Pulau Jawa membuat KPPI Usaha Bersama cukup berkembang.

Bahkan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan HSU dijadikan wakil pada penilaian UKM Pengolahan hasil perikanan tingkat Kalimantan Selatan dan berhasil menyabet juara III pada 2012 kemaren.

Kini aktivitas pengolahan ikan kering menjadi salah satu mata pencaharian utama warga Desa Pajukungan Hulu, setiap memasuki Maret – September aktivitas warga yang menjemur ikan sudah menjadi pemandangan yang biasa setiap memasuki desa ini.

Jalan desa yang semestinya diperuntukan bagi sarana transportasi bertambah fungsi menjadi areal penjemuran ikan mengingat terbatasnya
pematang yang bisa dijadikan tempat untuk penjemuran ikan.

Sementara bahan baku ikan untuk di olah menjadi ikan kering tidak sulit di dapat, meski terkadang untuk mendapatkan kualitas ikan yang lebih bagus para pengusaha ikan kering di desa ini juga mendatangkan bahan baku ikan dari luar Kabupaten HSU seperti dari Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Peluang usaha dari KPPI Usaha Bersama ini semakin terbantu dengan adanya Fasilitas Gudang Pendingin (Cold Storage) milik Dinas Perikanan HSU sehingga dapat membantu produksi ikan kering selama satu tahun penuh.

Khairan lebih jauh memaparkan, perbandingan ikan segar setelah menjadi ikan asin adalah 3:1 misal dalam 21 ton ikan segar yang di olah dalam satu bulan menghasilkan ikan kering seberat hanya 7 ton.

Keuntungan yang diperoleh pada penjualan di pasar lokal berkisar Rp37 juta hingga Rp50 juta per bulan dan akan semakin meningkat apabila semakin banyak permintaan dari luar daerah.

Namun Khairan mengaku masalah permodalan menjadi hal klasik yang dihadapi UKM di mana pun, termasuk KPPI Usaha Bersama Desa Pajukungan Hulu Kecamatan Babirik ini.

Sebagian besar modal, katanya masih berasal dari pinjaman pihak ketiga, sehingga keuntungan yang didapat tidak maksimal karena harus
berbagi keuntungan dengan penyandang modal.

Dari Dinas Perikanan dan Peternakan HSU telah membantu memberikan modal melalui pinjaman Usaha Pelayanan Pengembangan (UPP) Usaha Perikanan namun masih dalam jumlah kecil.

Berdasarkan catatan, dengan luasnya kawasan perairan air tawar atau rawa Kalsel memberi peluang peningkatan produksi perikanan yang bisa memberikan kesejahteraan, dan produksi ikan tersebut tercatat sekitar empat ribu ton ikan gabus per tahun dan sekitar lima ribu ton ikan sepat per tahun.

iwak karing2


FASILITAS WISATA PANTAI TAKISUNG KIAN BERTAMBAH

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

6

Pengunjung

Takisung, Kalsel,10/5 (Antara)- Fasilitas wisata di objek wisata Pantai Takisung Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan, belakangan ini kian bertambah sehingga berdampak kian meningkatnya pula kunjungan wisata ke lokasi tersebut.
Seperti pemantauan wartawan Antara Kalsel, Sabtu terlihat kian menambahnya fasilitas wisata tersebut, sebagai contoh saja bila tadinya jumlah fasilitas wisata banana boat hanya dua buah sekarang sudah terdapat 14 buah.

pengguna benana boat

2

21

Begitu juga perahu karet yang dulu hanya beberapa buah kini sudah ratusan buah, termasuk bertambahnya jumlah armada “klotok” yakni kapal wisata kecil yang terlihat berjejer di dermaganya.
Dulu tak pernah terlihat sekarang juga berkeliaran adalah motor beroda empat, yang disewakan kepada pengunjung untuk menyusuri pantai terlihat puluhan buah pula.

67
Jumlah tenda yang disewakan juga kian menjamur, termasuk jumlah payung-payung warna warni di bibir pantai berjejer ratusan buah hingga pantai terlihat semarak.
Menurut penduduk setempat, bertambahnya fasilitas wisata tersebut hanya sekitar setahun belakangan ini, dampaknya wisatawan terus mengalir bukan saja membludak di hari libur tetapi juga hari-hari biasa.

4

IMG_5531IMG_5534IMG_5551
Apalagi bila musim liburan sekolah lokasi ini benar-benar membludak, kata Syamsul warga yang tinggal di Pantai Takisung tersebut.
Para pengunjung bisa naik benana boat dengan tarif Rp20 ribu per orang dewasa dan Rp15 ribu per orang anak-anak, sewa motor wisata Rp50 ribu per setengah jam, sewa tenda Rp50 ribu pakai sepuasnya, dan payung Rp25 ribu per buah.
Untuk kapal wisata sewanya bervariasi tergantung waktu pemakaian dan tujuannya ke Pulau Datu yang berjarak setengah jam perjalanan dari bibir pantai Takisung ini.
Dengan kian bertambahnya kunjungan ke objek ini telah memberikan kesejahteraan penduduk setempat,kata Syamsul.
Pantai Takisung adalah salah satu pantai yang menawarkan panorama berbeda di kalimantan, selain itu berwisata juga bisa membeli ikan segar ataupun ikan kering di pantai.

45IMG_5605

Banyak pasar yang menjual jajanan khas pantai, ikan kering atau ikan asin, cindera mata seperti hiasan yang terbuat dari kerang, ikan segar, udang hingga terumbu karang langsung dari nelayan.
Pantai Takisung terletak 22 km dari kota Pelaihari ibukoota kabupaten, atau 87 km dari Banjarmasin, dengan mudah mencapai objek ini karena tersedia jalan beraspalmulus dari pusat kota.


MENIKMATI WISATA SURAMADU LEWAT SELAT MADURA

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

selat
Cuaca begitu cerah saat rombongan Forum Wartawan Pelabuhan (Forwapel) Banjarmasin menaiki sebuah kapal wisata yang dikelola anak perusahaan PT Pelindo III, yakni PT Pelindo Marine dalam rangkaian kegiatan presstour ke wilayah tersebut.

Rombongan yang diikuti Ketua Humas Pelindo III, Edy Priyanto bergegas ke dalam Kapal Motor (KM) Artama III, ada yang mengambil posisi di atas dek, ke dalam ruangan kamar, bahkan tak sedikit berusaha ke depan kapal.

Secara pelan-pelan dua nakhoda wanita berseragam putih-putih menjalankan kapal kontruksi besi itu menjauhi pelabuhan dan memutar-mutar haluan kapal menghindari ramainya ratusan kapal yang beraktivitas di Pelabuhan Tanjung Perak Suraya tersebut.

Angin bertiup kencang terasa menghembus kapal, beberapa kawan Forwapel memanfaatkan suasana itu dengan mengambil foto dengan latar belakang aktivitas Pelabuhan Tanjung Perak.

Setiap penumpang yang ingin mengambil foto berada di luar ruangan kapal harus mengenakan baju pelampung dan dijaga para petugas yang didominasi wanita.

“Aku sangat gembira bisa menikmati wisata bahari dengan kapal ini, ini kesempatan langka harus dimanfaatkan dan didokumentasikan melalui foto-foto,” kata Gusti Hidayat wartawan Kalimantan Post Banjarmasin yang merupakan peserta paling tua dalam kegiatan presstour tersebut.

selat2

Menurut Hidayat berwisata bahari di lokasi itu terasa beda dibandingkan perjalanan wisata lainnya, karena perairan memberikan nuansa lain yang bisa dinikmmati,apalagi pemandangan kawasan Selat Madura begitu eksotis.

Dalam perjalanan wisata tersebut, rombongan disuguhi aneka makanan, dan ruang hiburan karaoke, beberapa kawan Forwapel memanfaatkan wisata itu dengan menyanyi karaoke di ruang ber-AC.

Tetapi yang dominan menikmati suasana Selat Madura dengan aneka sudut pandang, ada sisi kegiatan pelabuhan, sisi lain pantai dengan hamparan hijau hutan bakau dan sisi berikutnya terlihat Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu).

“Kami Pelindo III mendukung perkembangan sektor pariwisata Jawa Timur dengan merenovasi Kapal Motor Artama III menjadi kapal wisata,” kata Humas Pelindo Edy Priyanto.

selat3

“Kapal motor itu sengaja kami sediakan untuk melayani kebutuhan pasar wisata bahari. Salah satunya untuk menikmati indahnya Jembatan Suramadu dari sisi laut,” katanya.

Menurutnya melalui kapal wisata Pelindo ini Wisatawan dapat mengunjungi situs cagar budaya peninggalan masa penjajahan Belanda yang masih terawat baik, misalnya kantor Administrator Pelabuhan Tanjung Perak, beberapa gudang, dan bangunan di sekitar pelabuhan.

Sejumlah bangunan tua itu melengkapi daya tarik Kota Pahlawan, apalagi pemandangan pelabuhan terbesar di Kawasan Timur Indonesia itu kian diminati banyak wisatawan pasca pembangunan Jembatan Suramadu.

Berdasarkan catatan, KM Artama III Harbour Cruise buatan tahun 1985, yang dioperasikan unit perkapalan.

Kapal ini memiliki desain yang cukup interaktif dan istimewa, terdiri dari dua dek, dek satu ruang kemudi, living room dan karaoke, restorasi, pantry dan minibar.

Dek dua ruang kemudi ruang smooking & photography, kapasitas kapal ini bisa menampung maksimal 40 orang. Dengan kapasitas yang tidak terlalu besar, maka kenyamanan penumpang dapat terjaga, rasa kebersamaan dan kekeluargaan diantara para penumpang lebih terjalin.

Dalam perjalanan dapat memberikan kemudahan bagi pasar wisatawan bahari, seperti menikmati Jembatan Suramadu, Patung Monumen Jalesveva Jayamahe, cagar budaya bangunan Kantor Administrator Pelabuhan Tanjung Perak, dan Pulau Karang Jamuang di Utara Selat Madura sekitar 40 kilometer dari Tanjung Perak.

Penumpang dapat melakukan kegiatan lain di atas kapal, di antaranya perayaan pesta, rapat, memancing, team building, makan malam sembari menikmati pemandangan matahari terbenam, dan menikmati gemerlap Jembatan Suramadu pada malam hari, kata seorang Anak Buah Kapal (ABK) menambahkan.

Ada beberapa tujuan pemandangan obyek wisata yang akan dilalui, diantaranya adalah Jembatan Suramadu dan Pulau Karang Jamuang.

“Jembatan terpanjang itu sangat indah bila dinikmati pada malam hari dari atas kapal. Setiap penumpang kapal ini pasti ingin mengabadikan momen terindah, dengan latar belakang gemerlap cahaya lampu Jembatan Suramadu,”kata ABK tersebut.

Kemudian indahnya menyaksikan tenggelamnya sang surya dari ufuk barat sambil menunggu nyala lampu Jembatan Suramadu, tambahnya lagi.

Kapal tersebut bisa dicarter dengan biaya Rp3,2 juta, atau bila ikut per orang dengan tarif Rp120 ribu, kata ABK tersebut seraya menyebutkan pelayanan reguler kapal wisata tersebut setiap hari Minggu.

Setelah sekitar perjalanan hingga melewati Jembatan Suramadu kapal memutar haluan untuk kembali ke dermaga.

Saat-saat memutar haluan itulah tampak jelas kemegahan Jembatan Suramadu dilihat dari bawah, dan terlihat hilir mudik kendaraan bermotor di atasnya, dengan demikian telah memuaskan rombongan Forwapel dalam perjalan wisata presstour tersebut.

selat4


PELINDO KEMAS TANJUNG PERAK JADI PELABUHAN UTAMA

$
0
0

 Oleh Hasan Zainuddin

Kepala-Humas-Pelindo-III-Edi-Priyanto

Kepala Humas Pelindu III, Edi Priyanto
Banjarmasin, 7/9 (Antara) – Meningkatnya perekonomian mikro maupun makro Indonesia Timur, khususnya di wilayah Jawa Timur beberapa tahun belakangan ini berdampak terhadap bisnis bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Dengan membaiknya perekonomian itu telah melahirkan aktivitas bongkar muat antar pulau domistik serta aktivitas bongkar muat ekspor maupun impor yang meningkat pula hingga memerlukan peran lebih besar terhadap pelabuhan.

Hal itu membuka peluang bagi PT Pelindo III untuk mengkemas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya agar lebih berkembang lagi.

Seperti penuturan Kepala Humas PT Pelindo III (Persero) Edi Priyanto saat menerima 19 wartawan yang tergabung dalam Forum Wartawan Pelabuhan (Forwapel) Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang melakukan kunjungan dalam rangka pres tour ke Pelabuhan Tanjung Perak pada tanggal Kamis dan Jumat (5-7/9) 2013 lalu.

Dalam pertemuan yang dihadiri beberapa orang staf Humas Pelindo III dan Humas Terminal Petikemas Surabaya (TPS) dan ketua Porwapel Surabaya, Menejer SDM dan Umum Pelindo III cabang Banjarmasin Firmaniansyah serta beberapa orang staf humas Pelindo III Banjarmasin.

petikemas

 

Aku di tengah tumpukanpetikemas

 

Edy Priyanto menuturkan melihat kian berkembangnya Pelabuhan Tanjung Perak tidak tertutup kemungkinan pelabuhan ini menjadi sebuah pelabuhan yang besar nomor satu di Indonesia menggeser posisi Tanjung Priok.

Masalahnya, posisi Tanjung Perak yang strategis untuk kawasan Indonesia Timur, dan memiliki lokasi yang berdekatan dengan kawasan industri, serta upah buruh yang agak murah, sumberdaya manusia tersedia dan beberapa kelebihan lainnya dibandingkan pelabuhan lainnya di tanah air.
Melihat kenyataan tersebut kian banyak saja pelaku aktivitas pelabuhan lain di Indonesia termasuk Tanjung Priok yang kini mengalihkan aktivitasnya ke Tanjung Perak.

Dengan berkembangnya aktivitas pelabuhan Tanjung Perak maka pelabuhan ini kian dibenahi bukan saja yang ada di Tanjung Perak Surabaya seluas 350 hektare, tetapi kedepan akan meluas ke wilayah Gresik, Pulau Madura dan terminal multipurpose Teluk Lamong dengan lahan yang dicadangkan melebihi 2500 hektare.

Guna mengembangkan pelabuhan tersebut, bukan saja memacu beberapa unit terminal, tetapi juga memacu beberapa anak perusahaan di bawah Pelindo III, bahkan dalam mengembangkan pelabuhan ini Pelindo III sudah mengucurkan dana investasi pada setahun terakhir sedikitnya Rp6,1 trilun per tahun.

Beberapa fasilitas yang ada di wilayah Tanjung Perak pun terus dibenahi termasuk peralatannya hingga kedepan bisa mewujudkan pelabuhan ini menjadi pelabuhan utama di tanah air.

Rencananya Pelindo III akan membangun sebuah terminal penumpang kapal laut termegah di Indonesia, dengan kapasitas sekitar 5000 orang, dengan sistem keluar masuk penumpang seperti layaknya Bandar Udara (Bandara) kata Edy Priyanto.

Mengenai fasilitas yang tersedia di Pelabuhan Tanjung Perak disebutkannya antara lain terminal Jambrut panjang dermaga 2.190meter, luas gudang 43.265 m2, luas lapangan penumpukan 34.000 m2.

Terminal Mirah panjang dermaga 640, luas gudang 13.450, luas lapangan penumpukan 24.000 m2, terminal Berlian panjang dermaga 1.620 m, luas gudang 11.735 m2, luas lapangan 40.000 m2.

Kemudian terminal Nilam panjang dermaga 930 m, luas lapangan 40.000 m2, terminal Kalimas panjang dermaga 2.270 m, luas gudang 6.180 m2, luas lapangan 4.000 m2, terminal TPS panjang dermaga 1.450 m, luas gudang 10.000 m2,luas lapangan 490.000 m2.

Bidang usaha yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini antara lain tambat labuh, pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih, fasilitas terminal penumpang, untuk naik dan turun penumpang dan kendaraan, dermaga, gudang, dan tempat penimbunan barang, alat B/M serta peralatan pelabuhan, serta terminal petikemas, curah cair, curah kering, dan roro.

Tentu saja semua kegiatan tersebut berdasarkan standar yang dipercayai seperti antara lain manajemen mutu ISO 9001-2008, manajemen lingkungan ISO 14001:2004, serta manajemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Sementara visi yang diemban adalah menjadikan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai penyedia jasa pelabuhan yang prima, berkomitmen memacu integrasi logistik nasional,tuturnya.

Sedangkan misinya adalah menjamin penyediaan jasa pelayanan prima melampaui standar yang berlaku secara konsisten, memacu kesinambungan daya saing industri nasional melalui biaya logistik yang kompetitif, tambahnya lagi.

Dengan kian berkembangnya pelabuhan di kota pahlawan tersebut maka kian terlihat pula peningkatan kunjungan kapal.

Berdasarkan sebuah data yang diperoleh penulis kunjungan kapal Kepelabuhan Tanjung Perak per Oktober 2012, terdiri atas kapal peti kemas 3.988 unit, kapal non petik kemas 2.842 unit, kapal penumpang 1.114 unit, kapal tanker 1.155 unit, kapal lainnya 3.072 unit dengan jumlah 12.171 unit.

peralatan

 

sarana di pelabuhan Tanjung Perak
Arus Petikemas
Dari sekian kegiatan bongkar muat di Pelabuhan tersebut agaknya sarana petikemas menjadi primadonanya, karena dinilai memiliki kelebihan sehingga arus bongkar muatpun terus meningkat pula.

Berdasarkan sebuah data, secara umum, total arus petikemas yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak selama triwulan I tahun 2013 (Januari-Maret 2013) terealisasi sebanyak 568.780 box atau setara 680.241 teus.

Arus petikemas tersebut apabila diperinci lagi berdasarkan lokasi terminal di Pelabuhan Tanjung Perak, terdiri dari terminal konvensional (yang terdiri dari terminal Jamrud, Nilam dan Mirah) terealisir 120.164 box atau setara 128.146 teus.

Selanjutnya terminal Berlian (PT Berlian Jasa Terminal Indonesia) terealisasi 211.556 box atau setara 230.889 teus dan Terminal Petikemas (PT Terminal Petikemas Surabaya) tercapai 237.060 atau setara 321.206 teus.

Arus petikemas di Pelabuhan Tanjung Perak tersebut apabila diprosentasikan berdasarkan asal dan tujuan perdagangan, arus petikemas domestik masih mendominasi, dimana dalam satuan teus diketahui sebanyak 44,7 persen merupakan petikemas internasional dan 55,4 persen adalah petikemas domestik.

Realisasi arus petikemas internasional mencapai 303.536 teus dan petikemas domestik mencapai 376.705 teus.

Distribusi arus petikemas domestik di Pelabuhan Tanjung Perak dalam satuan teus didominasi oleh terminal Berlian (PT TPS) sebesar 54,2 persen atau setara dengan 204.059 teus, disusul terminal konvensional (Jamrud, Mirah dan Nilam) sebesar 34 persen atau setara dengan 127.978 teus dan terminal Petikemas Surabaya (PT TPS) yang hanya mencapai 11,9 persen atau setara dengan 44.668 teus.

Tetapi sebaliknya distribusi arus petikemas internasional didominasi oleh PT TPS sebesar 91,1 persen atau setara dengan 276.538 teus disusul terminal Berlian (PT BJTI) sebesar 8,8 persen atau setara dengan 26.830 teus dan terminal konvensional (Jamrud, Nilam dan Mirah) sebesar 0,1 perse atau setara dengan 168 teus.

Hal itu diakui oleh Humas PT TPS Ardiansyah saat memandu kunjungan Porwapel Banjarmasin ke lapangan di areal PT TPS, bahwa sebagian besar petik kemas di perusahaan patungan Indonesia-Dubai ini tujuan ekspor.

“Lihat itu beberapa kapal besar dengan tujuan Korea Selatan, Singapura, dan China, biasanya barang ini setelah sampai di tiga negara tersebut, di kirim lagi ke berbagai negara lain di dunia,” kata Ardiansyah saat perjalanan menggunakan bus.

Sementara berdasarkan data tiga tahun terakhir (2010-2012) bahwa arus petikemas yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2010 realisasi arus petikemas mencapai 2.407.487 teus meningkat pada tahun 2011 menjadi 2.643.518 teus dan terealisir 2.849.138 teus pada tahun 2012.

Selat Madura
Selain melakukan dialog dengan pejabat Pelindo belasan wartawan anggota Porwapel Banjarmasin dalam pres tour itu pula disuguhi wisata berlayar ke Selat Madura, tujuannya tak lain untuk memperlihatkan aktivitas di Pelabuhan Tanjung Perak tersebut.

Dalam pelayaran memanfaatkan kapal “Artama Harbour Cruise” milik anak perusahaan Pelindo III, PT Pelindo Marine tersebut, wartawan pun di ajak melihat keindahan Jembatan Subaraya-Madura (Suramadu).
Kapal ini memiliki kapasitas sekitar 40 orang dengan kesecapatan maksimum 12 knot, desain yang cukup interaktif dan istimewa dilengkapi dengan fasilitas VIP room, living room, pantry dan mini bar, sun deck, covered deck, dan fasilitas lainnya.

Para wartawan Banjarmasin pun menyatakan rasa senang karena bisa menikmati wisata Selat Madura selama kurang lebih empat jam sambil menimba ilmu kepelabuhanan sekaligus bergembira dengan bernyanyi karaoke di dalam kapal tersebut.



SIRING TENDEAN OBJEK WISATA BARU BANJARMASIN

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

1

Banjarmasin,22/9 (Antara)- Sekelompok gadis remaja begitu asyiknya senam dengan gaya mengikuti alunan musik yang dibunyikan dari alat tape recorder.

Sementara di sisi lain sebuah organ tunggal dimainkan dengan irama dangdut menghadirkan beberapa penyanyi yang berpakaian seksi.

Tentu saja dua kegiatan tersebut memperoleh tontonan ratusan mungkin ribuan orang yang berjejal di lokasi bangunan Siring Sungai Jalan Piere Tendean atau tepian Sungai Martapura Banjarmasin.

Memang setiap pagi minggu ratusan hingga ribuan orang mendatangi lokasi objek wisata baru yang diciptakan Pemkot Banjarmasin sejak beberapa bulan belakangan ini yang disebut sebagai wisata “Siring Tendean.”

Banyak keunikan atau kelebihan lain lokasi ini dibandingkan objek wisata lainnya di kota berpenduduk sekitar 700 ribu jiwa tersebut.

Di sini bukan saja sering dipergelarkan pertunjukan rakyat seperti musik dangdut, tari-tarian, kesenian rakyat lainnya juga terdapat pula lokasi penjualan soevener dan kuliner khas setempat.

jaringjualan

Tak heran lokasi ini juga sebagai tempat atau kosentrasi bagi warga yang melakukan olahraga lari pagi atau jogging, dan bila lelah bisa sarapan pagi minum teh, kopi, atau minuman aneka jenis lainnya. Di sini juga dijual aneka makanan khas setempat, seperti ketupat kandangan, nasi kuning, pundut nasi, dan kue 41 macam.

“Kalau kita ke Monas Jakarta, atau Jalan Pahlawan Surabaya pada pagi minggu, tentu menyaksikan banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan aneka jenis gadangan, nah begitu juga di lokasi Siring Tendean ini sudah seperti itu,”kata Muhlis pengunjung objek wisata tersebut saat berbicara lewat telpon seluler mengambarkan kondisi lokasi itu kepada temannya yang berada di Jakarta.

Muhlis bersama keluarganya mendatangi wisata Siring Tendean bukan melalui jalan darat, melainkan menggunakan “klotok” (perahu mesin tempel) dari kediamannya di bilangan Sungai Lulut.

Itulah kelebihan Siring Tendean ini, bisa ditempuh dari dua jalur darat dan sungai, dan kawasan ini bagian dari rute wisata perairan yang diperomosikan Pemkot Banjarmasin belakangan ini.

2345

Namun yang ditonjolkan objek wisata Siring Tendean adalah pasar terapung, dimana ratusan ibu-ibu menggunakan pakaian adat setempat seraya mengayuh sampan (jukung) dan mendekat ke Siring tendean.

Ibu-ibu menggunakan “tanggui” (topi besar) tersebut datang ke lokasi tersebut sebagai pelaku pasar terapung (floating market) yang juga diciptakan pemnerintah setempat untuk memancing wisatawan.

Para ibu-ibu tersebut kebanyakan datang mengayuh sampan ke lokasi tersebut dengan berjualan aneka buah-buahan, seperti jeruk, semangka, jambu bul, jambu air, jambu biji mangga, mentega, sarikaya, ketapi, kuini, pisang, rambutan, dan aneka buah lokal lainnya.

Selain itu mereka juga menjual aneka sayuran, seperti cabe, kangkung, genjer, daun ubi kayu, jantung pisang, keladi (talas), rebung (bambu muda) umbut kelapa, ketimun, katu, pakis, kalakai, dan aneka jenis sayuran lokal lainnya.

Dagangan lain ikan segar, beras, gula, tepung dan barang kebutuhan pokok lainnya pun terlihat, termasuk aneka industri rakyat seperti tikar purun, jintingan purun, dapur tanah, tajau, dan aneka anyaman.

Untuk memudahkan pengujung lokasi ini berbelanja,maka oleh pemerintah setempat dibuatkan dermaga,kemudian dermaga itu disambung pula dengan lanting (titian) terbuat dari kayu hingga bisa mendekati para pedagang yang menggunakan sampan tersebut.

6

Tak heran mereka yang datang ke lokasi ini bukan hanya wisatawan tetapi juga ibu rumah tangga yang mencari keperluan dapur, termasuk para pedagang barang makanan, karena konon harga di pedagang sungai ini lebih murah ketimbang harga kebutuhan yang dijual di daratan.

Dengan begitu semaraknya lokasi ini menyebabkan para pendatang banyak yang mengambil latar belakang kegiatan pasar ini sebagai foto kenang-kenangan.

“Dengan berfoto di lokasi ini maka orang akan tahu kalau kita sudah datang ke Banjarmasin,”kata Andriano seorang pendatang dari Samarinda Kalimantan Timur seraya memperlihatkan fotonya dengan latar belakangan pasar terapung Siring Tendean ini.

Pasar terapung adalah objek wisata andalan Banjarmasin sejak dulu tetapi lokasi aslinya agak jauh dari pusat kota yaitu di Desa Kuin Sungai Barito dan Loka Baintan Sungai Martaputa Kabupaten Banjar.

Untuk memudahkan pengunjung melihat pasar terapung lalu oleh Pemkot Banjarmasin dikumpulkanlah sejumlah pedagang keliling yang sering menyusuri sungai di kota ini untuk berjualan ke lokasi pasar terapung buatan Siring Tendean.

Tentu untuk memancing pedagang keliling sungai tersebut bersedia
ke lokasi khusus itu, mereka diberikan subsidi, kata Wali Kota Banjarmasin Haji Muhidin beberapa waktu lalu kepada wartawan.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Drainase, Muryanta mengatakan Siring Tendean salah satu lokasi yang dibangun Pemkot Banjarmasin menghidupkan wisata perairan.

Menurut Muryanta keinginan menciptakan Siring Sungai sebagai ikon kota sudah lama makanya banyak bangunan kumuh di bantaran sungai dibebaskan lalu dibuat Siring Sungai yang lengkap dengan pertamanan, lampu hias dan fasilitas lainnya.

Oleh karena itu pekerjaan terhadap pembangunan siring tersebut terus dilanjutkan dan disempurnakan sebagai kawasan wisata perairan di wilayah yang berjuluk “kota seribu sungai.”
“Kita sudah mendesain sedemikian rupa kawasan Siring Tendean yang berseberangan dengan Siring Sudirman, sebagai lokasi wisata yang menarik dan unik,” katanya.

Lihatlah nanti kalau sudah selesai semuanya pasti akan indah di lihat dari sudut manapun, tuturnya lagi.

Penyempurnaan Siring Tendean itu dikerjakan secara multiyear, yakni, diselesaikan hingga akhir 2013 ini dengan segala fasilitas pendukungnya, termasuk nanti akan dibuatkan patung Bekantan (Kera besar hidung besar) yang merupakan maskot fauna Kalsel.

Siring sungai tersebut bukan hanya di Jalan Tendean dibuat oleh Pemkot Banjarmasin tetapi juga di Jalan Sudirman, Jalan Pasar Lama, Jalan Ujung Murung, Jalan Sungai Mesa dan eks SMP enam Banjarmasin.

Siring yang dibangun semuanya di tepian Sungai Martapura tersebut telah menghabiskan dana puluhan miliar rupiah.

Membangun wisata perairan sudah menjadi pilihan kota Banjarmasin,karena wilayah ini tak ada sumberdaya alam seperti tambang, hutan, dan pertanian, makanya pariwisata sungai menjadi pilihan membangkit perekonomian setempoat, demikian Muryanta.

orkes

penyanyi sedang menghibur pengunjung siring tendean

 


BANJARMASIN “DIHANTUI” KESULITAN AIR BERSIH

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

air bersih
Banjarmasin,2/10 (ANTARA)- Banjarmasin sebagai ibukota seribu sungai tidak identik dengan mudahnya warga mendapatkan air bersih, bahkan perkiraan lima tahun kedepan wilayah yang berada di delta Tatas ini memasuki tahapan krisis air bersamaan dengan memburuknya resapan disekitar sungai Martapura.

Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Ir Muslih, di Banjarmasin, Selasa mengakui masalah ketersediaan air bersih jadi pemikiran perusahaannya.

muslih

 

Ir Muslih

 

Ketersediaan air bersih perusahaannya belakangan ini tergantung dengan Sungai Martapura yang berhulu ke Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa.

Padahal kedua sungai itu sudah mengalami pendangkalan akibat erosi setelah kawasan resapan air rusak lantaran banyaknya aktivitas di wilayah tersebut.

Bukti alam sudah rusak bisa dilihat kondisi bendungan Riam Kanan, dimana saat hujan sedikit saja maka sudah mengalami kebanjiran, dan bila kemarau debit air cepat sekali menyusut.

“Kalau alam di sekitar itu masih baik maka turun naik debit air di bendungan itu tidak terlalu besar, musim kemarau atau musim penghujan biasanya debit air tidak terlalu berpengaruh,” tuturnya.

riamkanan_800_600

 

Bendungan Riam Kanan menyusut

 

Tetapi sekarang ini turun naik debit air di bendungan Riam Kanan begitu drastis seakan tak ada lagi wilayah resapan air yang mampu menahan jumlah debit air tersebut.

Kalau kondisi tersebut terus berlanjut maka lima tahun kedepan air bersih akan sulit diperoleh,karena bila debit air di hulu sungai Martapura terus menyusut maka air laut akan masuk kedaratan dan terjadi kontaminasi kadar garam yang tinggi akhirnya air Sungai Martapura tersebut tak bisa diolah air minum.

Bila mengandalkan air tanah untuk wilayah ini tidak bisa diolah air minum karena kandungan besi dan asam terlalu tinggi, tuturnya.

Oleh karena itu, Muslih berharap semua pihak yang merasa prihatin kondisi tersebut, harus ikut memikirkan bagaimana agar resapan air di hulu sungai terpelihara, syukur-syukur kalau direhabilitasi.

Untuk mengatasi persoalan jangka pendek, PDAM Banjarmasin merencanakan membangun embung (penampungan air) skala besar dalam upaya persediaan air di musim kemarau.

Menurutnya rencana sudah cukup lama tetapi kini bertekad untuk direalisasikan, dan PDAM sudah miliki desain mengenai pembangunan embung tersebut dan kini berusaha mencari peluang dana ke pemerintah pusat dalam mewujudkan keinginan tersebut.

Selain berharap bantuan pemerintah PDAM juga mencoba melobi pemerintah provinsi Kalsel disamping mencari dana sendiri untuk kepentingan tersebut.

Bila dana sudah tersedia diharapkan tahun 2014 sudah mulai mengerjakan proyek tersebut dan pada tahun-tahun berikutnya embung yang berlokasi di Sungai Tabuk itu berfungsi sebagaimana mestinya yaitu penyangga kebutuhan air baku.

Kerusakan lingkungan

gue

Aku (penulis) di Tahura Sultan Adam
untuk ketersediaan air Sungai Martapura tergantung dari ketersediaan air di areal Pegunungan Meratus yakni di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam seluas 112 ribu hektare.

Tahura ini diakui sudah mengalami kerusakan lantaran kebakaran hutan, dan ditengarai juga akibat adanya penebangan kayu secara liar dan usaha pertambangan ilegal, dan kegiatan pemukiman.

Menurut Muslih kerusakan lingkungan di hulu bisa dilihat dari juga tingkat kekeruhan air Sungai Martapura yang begitu tinggi lantaran partikel lumpur dalam air yang pekat.

Tingkat kekeruhan air sungai yang ideal untuk diolah menjadi air bersih hanya 50 hingga 100 mto per liter, tetapi hasil laboratorium ternyata air Sungai Martapura pernah mencapai 500 hingga 1000 mto, malah kasus tertinggi capai 5000 mto per liter,kata Muslih.

Akibat kerusakan hutan di hulu sungai, menyebabkan terjadi erosi dan bila terjadi hujan sedikit saja maka partikel tanah merah, pasir, dan debu dan lainnya ikut larut dan masuk ke dalam sungai terus mengalir kemuara hingga ke Banjarmasin.

Keluhan serupa bukan saja dirasakan PDAM Banjarmasin, tetapi juga PDAM di Kota Martapura Kabupaten Banjar, serta PDAM Kota Banjarbaru.

Bahkan menurut perkiraan, bila tidak ada upaya perbaikan kawasan Tahura yang dianggap sebagai wilayah “menara air” Kalsel itu, maka lima atau sepuluh tahun ke depan wilayah ini akan kesulitan memperoleh air bersih untuk air minum.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahura Sultan Adam, Akhmad Ridhani di lokasi Tahura Sabtu belum lama ini mengakui lahan wilayahnya terjadi kerusakan.

Sekitar 30 persen lahan Tahura kini kritis, atau sekitar 40 ribu hektare dari luas keseluruhan 112 ribu hektare.

“Kondisi tersebut sungguh merisaukan karena itu diperlukan upaya rehabilitasi,mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan resapan air,” katanya saat mendampingi Bupati Banjar, Sultan Khairul Saleh melakukan penanaman massal bibit penghijauan di lokasi tersebut.

Selain akibat kebakaran hutan dan lahan, munculnya lahan kritis juga diduga pembukaan kawasan menjadi ladang dan kebun bagi sebagian masyarakat setempat untuk ditanami pohon-pohon produktif.

Ketika ditanya adanya pemukiman di tengah hutan lindung Tahura tersebut, disebutkan terdapat 7000 jiwa di 12 desa penduduk. Penduduk sulit direlokasi ke luar kawasan masalahnya sudah turun temurun sebelum ditetapkannnya kawasan Tahura sebagai hutan lindung.

Walau perkampungan tersebut sulit dipindahkan tetapi keberadaan penduduk dinilai tidak merusak lingkungan, bahkan dinilai masih melestarikan lingkungan dengan tidak merusak hutan.

“Agar penduduk tidak merusak lingkungan,mereka dirangkul untuk memperbaiki lingkungan, seperti mereka dibiarkan berkebun tetapi kebun yang baik untuk kawasan resapan air, seperti perkebunan buah-buahan, kebun karet, serta reboisasi hutan”, katanya.

Menurut Muslih untuk mengatasi persoalan air bersih ke depan selain harus dilakukan rehabilitasi kawasan air juga perlu penanganan terhadap Bendungan Riam Kanan yang selama ini menjadi kunci ketersediaan air tawar untuk diproduksi air bersih.

Oleh karena itu ia menyarankan Bendungan Riam Kanan tersebut dikelola badan khusus agar lebih terpelihara dengan baik.

“Jika bendungan Riam Kanan dibiarkan seperti sekarang, debit air di lokasi itu akan terus menyusut, sehingga daerah ini pasti akan kesulitan air,” katanya lagi.

Bendungan Riam Kanan sebaiknya dikelola semacam lembaga atau badan khusus yang fokus menjaga kelestarian lingkungan, misalnya menangani program penghijauan, aliran air, pembangkit listrik dan aspek lain terkait dengan bendungan tersebut.

“Lembaga tersebut bisa saja semacam badan usaha milik daerah (BUMD) atau dikelola badan usaha milik negara (BUMN),” katanya.

Ia mencontohkan di Korea Selatan ada bendungan yang dikelola khusus oleh lembaga semacam BUMN yakni ¿Q-Water¿ dan ternyata bendungan itu bermanfaat dalam penyediaan air di wilayah tersebut.

“Pemerintah provinsi dan kabupaten diharapkan lebih serius memikirkan bendungan Riam Kanan, karena masalah air bersih vital bagi kehidupan masyarakat,” katanya.

kantor Kantor PDAM Bandarmasih


LIKA-LIKU PENGAMBILAN AIR BAKU PDAM BANDARMASIH

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

muslih

Banjarmasin, 14/10 (Antara) – Tanpa disadari banyak warga Banjarmasin terlihat menyalakan mesin menyedot air ledeng lalu menyemprotkan air bersih produk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ke pekarangan untuk menyiram tanaman.

Sementara, warga lainnya menyemprotkan air bersih PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu ke beberapa buah mobil saat mencuci mobil di pekarangan rumahnya.

Melihat sikap warga tersebut seakan tak menyadari bahwa adanya air bersih PDAM itu terlahir dari upaya yang sulit bagi perusahaan setempat memperoleh air baku untuk diolah sebagai air bersih.

Dalam perjalanan menyisir beberapa lokasi lokasi pengambilan air baku (intake) PDAM setempat, Sabtu (12/10) lalu dapat disaksikan langsung bahwa ternyata untuk memperoleh air baku itu tak segampang yang dibayangkan, penuh lika-liku.

Pengambilan air baku untuk PDAM Bandarmasih hanya mengandalkan air Sungai Martapura yang berhulu ke Pegunungan Meratus, kata Direktur PDAM Bandarmasih Muslih ketika sama-sama menyisir lokasi intake PDAM itu.

Muslih didampingi Direktur Operasional, Yudha Ahmadi dan Humas Hj Siti Nursiah  mengakui lokasi yang terdekat pengambilan air baku itu adalah Sungai Martapura yakni intake di Desa Sungai Bilu.

Tetapi ketika sekitar 20 orang rombongan wartawan berada di lokasi tersebut memperoleh penjelasan petugas intake Sungai Bilu bahwa intake itu tak bisa beroperasi maksimal 500 liter per detik.

Masalahnya air Sungai Martapura sudah tercemar kadar garam karena intruri air laut, yang membuktikan debit air sungai itu sudah kurang dan air laut masuk ke daratan.

“Sekarang kadar garam sudah 960 miligram per liter di Sungai Martapura, mana mungkin bisa diolah air bersih karena idealnya maksimal 250 miligram per liter,” kata Muslih.

intake

Intake Sungai Tabuk

pematang panjang

Intake Pematang Panjang

Dengan kondisi demikian maka intake Sungai Bilu tak bisa lagi di harapkan untuk pemasok air baku, katanya.

Setelah lokasi tersebut rombongan menyisir lagi ke lokasi intake Pematang Panjang kapasitas 500 liter per detik, ternyata di intake tersebut juga menemui masalah, malah tak dioperasikan.

Masalahnya air baku di Pematang Panjang yang mengandalkan air di saluran Irigasi Riam Kanan mengalami kekeringan hingga setetespun tak bisa diambil air bakunya.

Menurut Direktur Operasional Yudha Ahmadi, keringnya irigasi tersebut lantaran diserang tingkat pendangkalan yang tinggi, ditambah serangan gulma yang merajalela sehingga air limpahan dari Bendungan Riam Kanan tidak sampai ke intake Pematang Panjang yang berjarak sekitar 34 kilometer tersebut.

Melihat kondisi tersebut, maka PDAM Bandarmasih kembali pasrah dan tak bisa pula mengandalkan air Irigasi sebagai air baku.

Menurut Yudha Ahmadi, memang ada sumber air lainnya yakni air tanah tetapi daerah Banjarmasin termnasuk kawasan rawa-rawa sehingga air tanah menjadi sangat asam dan kandungan besi tinggi, maka tak bisa digunakan sebagai air baku.

Andalan satu-satunya air baku adalah di Sungai Martapura di bagian hulu atau berjarak sekitar 20 kilometer dari Intake Sungai Bilu Banjarmasin, yakni berada di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

Lokasi intake ini kapasitas cukup besar yakni 1700 liter per detik, tetapi biaya pengambilan air ini begitu mahal, kata Yudha Ahmadi.

ahmadi

Ir Yudha Ahmadi (Direktur Operasional) dan Supianor dari Humas

Bayangkan saja dengan jarak sejauh itu berapa mesin pendorong yang digunakan agar air baku sampai ke lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) baik IPA di belakangan kantor pusat PDAM kilometer dua Banjarmasin, maupun IPA Jalan Pramuka.

Oleh karena itu, biaya intake Sungai Tabuk ini begitu mahal hanya untuk membayar listrik saja, tambahnya.

Bukan hanya itu kendala dihadapi intake Sungai Tabuk ini, persoalan lain terjadinya pendangkalan di Sungai Martapura wilayah tersebut, akibatnya air yang disedot pun kadangkala tak bisa maksimal karena terhalang sedemintasi lumpur yang tinggi.

“Coba lihat betapa surutnya sungai di muara intake Sungai Tabuk ini, itu semua menghalangi penyedotan air baku,” kata Yudha Ahmadi kepada penulis saat sama-sama berada di lokasi tersebut.

Menurut Yudha, sedemintasi itu terjadi lantaran hutan resapan air di Pegunungan Meratus sudah rusak aktivitas pembukaan lahan, akibatnya terjadi erosi hingga lumpur berada di gunung mudah meluncur ke sungai kemudian terbawa hingga kekawasan Sungai Tabuk tersebut.

Ke depan untuk mengatasi itu akan dilakukan pengerukan lumpur Sungai Martapura dekat intake Sungai Tabuk itu, kalau tidak maka kemungkinan intake ini tidak akan berfungsi lagi.

“Bila intake Sungai Tabuk sudah tak bisa berfungsi sama saja dengan mematikan PDAM Bandarmasih, akhirnya Banjarmasin kesulitan air bersih dan kota itu pun kemungkinan akan “mati” pula,karena akan ditinggalkan penghuninya” tuturnya mengambarkan kondisi itu.

Menurutnya lagi, kondisi Sungai Martapura tak mungkin membaik selama tak ada rehabilitasi hutan resapan air di bagian hulu sungai, kemungkinan akan lebih memburuk, bukan saja sedemintasi tetapi kemungkinan intrusi air laut pun bisa sampai ke kawasan itu.

“Bila semua itu terjadi maka “tamatlah” riwayat Kota Banjarmasin,” tutur Yudha lagi.

Kapasitas PDAM
Menurut Muslih PDAM Bandarmasih kini meningkatkan kapasitas produksi hingga mencapai 2050 liter per detik. Dengan kapasitas sebesar itu maka mampu melayani sedikitnya 200 ribu pelanggan.

Ia menyebutkan pelanggan PDAM sekarang baru tercatat 140 ribu pelanggan dan itu sudah mampu melayani sedikitnya 98 persen warga di perkotaan.

Dengan demikian, berarti masih tersedia sekitar 70 ribu pelanggan baru yang bisa di layani, oleh karena itu tak masalah seandainya kota ini kian berkembang kompleks-kompleks perumahan baru yang memerlukan air bersih dari PDAM.

Bahkan, katanya, PDAM bersedia melayani pemasangan pelanggan baru ke pinggiran kota Banjarmasin sendiri, hingga ke kabupaten tetangga.

PDAM sudah bisa melayani warga yang bermukim kawasan Kabupaten Banjar, dimana wilayanya berdekatan dengan Kota Banjarmasin, seperti Sungai Lulut, Kertak Hanyar.

Kemudian PDAM Bandarmasih juga melayani pelanggan di Kabupaten Barito Kuala, seperti di Handil Bakti dan sekitarnya, kata Muslih.

Dalam upaya memasarkan produk air bersih PDAM tersebut, sekarang juga sudah disalurkan ke Pelabuhan Trisakti Banjarmasin untuk memenuhi kapal keperluan air bersih bagi kapal-kapal yang merapat di pelabuhan tersebut.

Selama ini, kapal penumpang, maupun kapal barang dalam upaya memenuhi keperluan air bersih meminta bantuan dari pihak pengelola air bersih swasta maupun mereka mengisi persediaan saat berada di pelabuhan kota lain.

Tetapi setelah sambungan ke pelabuhan tersedia maka berapapun keperluan air bersih bagi kapal-kapal di pelabuhan sudah bisa dipenuhi, demikian Muslih.

Upaya-upaya PDAM tersebut tentu akan mudah terwujud jika sumber air baku Sungai Martapura tetap terpelihara, tetapi jika kondisi itu berubah maka upaya-upaya itu mungkin hanya tinggal kenangan, demikian Muslih.

 

siti Humas PDAM Hj Siti Nursiah


MEMAKNAI PENGUKUHAN PRESIDEN SBY “TATUHA BANUA NANG BATUAH”

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

sby, tatuha banua
Alunan suara Penyampaikan bacaan ayat Suci Al Qur’an dan syalawat Nabi Muhamad SAW berkumandang di ruangan gedung Mahligai Pancasila, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Ratusan pasang mata seakan tanpa kedip tertuju pada tiga sosok orang yang berpakaian adat kebesaran Suku Banjar, sebuah suku penghuni terbesar di Kalimantan Selatan.

Ketiga orang itu masing-masing Presiden Susilo Bambang Yodhoyono (SBY), Ketua Majelis Paripurna Lembaga Adat Budaya Banjar Suryansah Idham, serta Sekretaris Majelis Paripurna Lembaga Adat Budaya Banjar Ajim Ariyadi.

Kemudian terdengar suara Suryansyah Idham yang saat itu bersama SBY dan Ajim Ariyadi berada di lokasi Balai Paandahan (panggung adat) yang berada di ruangan gedung tersebut.

“Kami anugerahkan kepada Yang Mulia Dr Haji Susilo Bambang Yudhoyono gelar Tutuha Banua Nang Batuah,” kata Suryansah.

“Ulun (aku) terima,” jawab Presiden SBY seraya diiringi suara gemuruh tepuk tangan hadirin yang sebagian besar adalah para pejabat dan tetuha adat suku Banjar yang bukan saja asal Kalsel, tetapi juga dari seluruh nusantara bahkan dari Malaysia dan Brunei Darussalam.

Dengan diterimanya pengukuhan tersebut maka Presiden SBY merupakan tokoh terakhir yang pernah diberikan gelar adat yang dimaknai sebagai tokoh atau orang yang dituakan, yang memiliki pengaruh, yang memiliki wibawa, dan dihormati masyarakat.

Berdasarkan keterangan sebelumnya, orang yang pernah diberikan gelar tersebut Gubernur Kalsel, Drs Rudy Ariffin, Gubernur Riau, dan Bupati Indragiri Hilir.

Tetapi menurut Sekretaris Majelis Paripurna Lembaga Adat Budaya Banjar,Ajim Ariyadi pemberian kepada Presiden SBY sifatnya lebih luas atau nasional bukan regional.

Karena itu, dalam gelar yang disandangnya disebut “Tatuha Banua Nang Batuah,” sementara tokoh yang sebelumnya sifatnya regional saja, maka gelar tersebut hanya disebut “Tatuha Nang Batuah” tidak ada kata-kata “Banua,” tambah Ajim Ariyadi.

Dengan pengukuhan tersebut maka,kata Ajim Ariyadi lagi, berarti Presiden SBY diakui sebagai bagian dari Suku Banjar.

Dalam acara prosesi pengukuhan yang berlangsung, Kamis (24/10) tersebut diawali upacara Batumbang di Balai Paandahan atau panggung adat. Dalam upacara itu, Presdien SBY berdiri di samping susunan kue tradisional khas setempat “Apam Habang” dan “Apam Putih” yang di dalam pandangan masyarakat Suku banjar, kedua jenis kue tersebut bernilai ritual.

Setelah itu, dilakukan pemasangan tali Wanang oleh teutuha adat yang juga Ketua Majelis Paripurna Lembaga Adat Budaya Banjar Suryansah Idham, dibantu Sekretaris Majelis Paripurna Lembaga Adat Budaya Banjar Hajim Arijadi.

Tali Wanang dipasang di pinggang Kepala Negara diiringi lantunan ayat Al Quran.

Proses pengukuhan dilanjutkan dengan ritual Batapung Tawar, lalu pernyataan pengukuhan gelar kehormatan adat budaya Banjar oleh Suryansah.

Gelar itu diberikan juga dimaknai karena Presiden SBY dianggap berhasil atau berjasa dalam menenteramkan kehidupan masyarakat sehingga menginspirasi bagi terciptanya kehidupan yang saling menghormati atau toleransi.

Dalam pidatonya Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengatakan, Lembaga Budaya Banjar meyakini bahwa Presiden SBY terbukti menciptakan kedamaian bagi warga Banjar.

Masyarakat Suku Banjar berharap dengan pemberian gelar ini, mereka bisa diingat sebagai warga yang mencintai kesatuan dan persatuan, kata Rudy Ariffin.

Presiden SBY sendiri dalam sambutannya mengakui rasa bahagianya diberikan gelar Tatuha Banua Nang Batuah oleh Lembaga Adat Banjar, dengan penguhuhan tersebut ia merasa tertantang, terdorong, bahkan bertekad lebih mengabdikan diri bagi rakyat, bangsa dan negara.

Menurut Presiden SBY pemberian gelar tersebut sebagai bukti, bahwa masyarakat dan tokoh suku Banjar berkeinginan kuat untuk memelihara, melestarikan , bahkan mengembangkan budaya Banjar.

“Saya mengenal masyarakat Banjar memiliki nilai budi pekerti luhur dan budaya yang mulia dan tradisi syarat nilai religi,” katanya.

Masyarakat Banjar juga memiliki berbagai budaya seperti adat istiadat, bahasa dan sastra, arsitektur, madam atau merantau hingga budaya kuliner.

Budaya Banjar memiliki basis kuat sebagai budaya dan ekonomi kreatif yang memadukan kreatif seni dan teknologi, tambahnya.

Bahkan Presiden SBY merespon usulan dimasukkannya Budaya Banjar masuk dalam pendidikan sekolah sebagai mata pelajaran muatan lokal sehingga nilai-nilai budaya yang luhur bisa terus terpelihara.

“Saya serahkan kepada pemerintah daerah dan Kementerian Pendidikan untuk membuat payung hukum tentang budaya banjar, masuk dalam muatan lokal pendidikan sekolah,” katanya.

Di bagian lain Presiden SBY juga berharap, pemerintah selalu memberikan perhatian kepada kelompok permukiman terpencil dan masyarakat pedalaman, untuk berperan aktif dalam melestarikan budaya Banjar.

“Kita tidak boleh membiarkan budaya Banjar tergerus oleh budaya global, sehingga budaya lokal yang positif harus terus dikembangkan sebagai identitas bangsa dan daerah,” katanya.

Masyarakat Banjar memiliki budaya yang khas dan unik, tambah Presiden, akan menjadi nilai unggulan untuk menghadapi serangan budaya global yang makin mengemuka sekarang ini.

Menurut presiden, Indonesia memiliki adat istiadat dan budaya yang luar biasa yang dipengaruhi dari tiga budaya besar dunia, yaitu budaya timur, Islam, dan barat.

Perpaduan ketiga budaya besar tersebut, berkembang dan telah mampu memberikan identitas kepada bangsa Indonesia sebagai negara yang besar dan kaya akan budaya dan adat istiadat.
Kongres Budaya Banjar
Pengukuhan gelar adat Banjar terhadap Presiden SBY yang dihadiri pula oleh ibu negara Ani Yudhoyono dirangkaikan dengan pembukaan Kongres Budaya Banjar III, bertujuan melestarikan nilai-nilai Budaya Banjar.

Kongres budaya Banjar III, bukan hanya dihadiri oleh warga Kalimantan Selatan di Banjarmasin, tetapi juga warga Banjar yang kini menetap di berbagai daerah di seluruh nusantara bahkan juga dari Brunai Darussalam dan Malaysia.

Dalam acara pengukuhan teresebut juga disajikan atraksi seni budaya Banjar, seperti tari-tarian, seni tutur Madihin, dan Maulid Habsyi.

Kedatangan Presiden ke Kalsel 22-24 Oktober selain menerima pengukuhan sebagai tetuha adat, juga meresmikan atau groundbreaking proyek-proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Provinsi Kalsel.

Presiden SBY juga bersilaturahmi dengan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat periode 2013-2018, serta melakukan penanaman pohon Ulin (kayu besi) di halaman Kantor Gubernur Kalsel.


MENGUAT UPAYA MEMADUKAN KEKUATAN PEMERINTAH DAN KESULTANAN

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

mawah daud
Banjarmasin, 18/11 (Antara) – Kondisi bangsa Indonesia belakangan ini dinilai tidak maju-maju dibandingkan negara lain dituding sebagai akibat tidak menghormatinya nilai-nilai budaya yang berakar dalam sistem kerajaan atau kesultanan yang sudah lama berkembang di Nusantara.

Seperti yang diutarakan seorang pengamat politik Marwah Daud Ibrahim menilai bangsa Indonesia bisa bangkit dan maju jika menghormati kerajaan dan kesultanan se-Nusantara.

Banyak negara di dunia yang sangat maju karena mereka menghormati kerajaan, kata pengamat yang pernah digelari “bintang dari Timnur” saat berbicara dalam simposium sejarah budaya kerapatan raja sultan se-Borneo dalam rangkaian memperingati Milad Kesultanan Banjar ke-509, Jumat (15/11) lalu.

Ia mencontohkan, Jepang negara maju begitu menghormati kaisarnya, begitu juga Inggris dan Belanda mereka punya ratu dan raja, atau lihat tetangga Malaysia dan Thailand punya Perdana Menteri tapi tetap punya raja yang dihormati.

Marwah Daud Ibrahim mencontohkan bagaimana Jepang atau Inggris menjadi bangsa yang besar dan kerajaannya masih eksis sampai sekarang.
Sistem pemerintah yang masih mempertahankan sistem kerajaan ternyata menjadi kebanggaan dan raja sangat dicintai dan dihormati oleh rakyatnya.

Demikian pula dengan Thailand atau Malaysia, oleh karena itu menurut Marwah Daud Ibrahim yang juga sebagai Ketua Presedium ICMI ini perlu dicari format tentang hubungan yang jelas untuk dituangkan dalam ketentuan hukum positif terkait hubungan antara kerajaan dan kesultanan dengan negara.

Di era millenium ini peradaban dunia sangat bergantung pada ide kreatif, maka budaya menjadi satu-satunya pembeda satu bangsa dengan bangsa lainnya.

Nilai-nilai kehidupan yang dibungkus oleh budaya disamping menjadi pembeda juga menjadi benteng sekaligus sumber inspirasi bagi industri berbasis ide kreatif.

Keterbatasan kapasitas pemerintah dalam pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangan budaya menjadikan keraton, kerajaan dan kesultanan sebagai pelaku utama dalam pelestarian, pemanfaatan serta pengembangan budaya tersebut.

Untuk itu dalam rangka Milad Kesultanan Banjar 509 menjadi barometer kembalinya pelestarian budaya se-Borneo, katanya.

Dalam kegiatan yang dihadiri kesultanan se-Kalimantan itu, Marwah Daud Ibrahim menyatakan sudah saatnya tokoh kerajaan dan kesultanan Nusantara yang memiliki pengaruh riil di masyarakat diposisikan di tempat yang tepat dan diajak memberikan kontribusi terbaiknya sebagai modal sosial dan budaya bagi bangsa.

“Sudah lama saya berfikir harusnya diupacara kenegaraan, seperti pelantikan presiden, upacara hari kemerdekaan 17 Agustus, rapat paripurna DPR-RI yang dihadiri para teladan, duta besar, dan para veteran pantas pula jika perwakilan para raja dan sultan dan ratu se Nusantara diundang dengan pakaian kebesaran masing-masing,” katanya.

Demikian pula di setiap upacara provinsi dan kabupaten perwakilan kerajaan dan kesultanan setempat diajak hadir dengan pakaian adat kebesarannya. Leluluhur mereka memberikan goresan dan jejak penting dalam kebudayaan dan pengembangan agama dan peradaban Nusantara.

Selain itu, perwakilan kerajaan atau kesultanan sebaiknya juga diikutkan dalam perwakilan pemerintahan.

“Kita perlu melakukan pembicaraan secara baik-baik dengan raja dan sultan Nusantara, untuk membangun pola relasi yang menjadikan mereka subjek terhormat, seperti festival kraton nusantara, dan bukannya sebagai objek penderita.

Menurut dia, bangsa ini akan menjadi jaya pada 2045 jika menghormati budaya dan adat istiadat yang berkembang di dalam kerajaan dan kesultanan serta akar budaya di dalam masyarakat luas.
Apalagi jika bangsa ini akan memadukan tiga hal yakni akar tradisi dari bangsa, agama, serta kemajuan tehnologi.

“Marilah kita belajar dari alam, justru biji harus membusuk dulu, sebelum muncul kecambah baru,” katanya.

Kemudian simaklah kitab suci Al Quran surat Al-Insyirah 5-6, Allah SWT mengingatkan bahwa “sesungguhnya dalam kesulitan ada kemudahan.”
“Saya yakin, dengan selalu memikirkan impian besar dan visi cemerlang tentang masa depan bangsa, dengan perjuangan, kerja sama dan kontribusi kita semua, dan atas berkat rahmat Tuhan YME, Insya Allah, Indonesia akan Bangkit Berjaya, bermartabat dan disegani,” katanya.

Keinginan kuat memadukan kekuatan pemerintahan dengan kerajaan di Nusantara juga datang dari wakilkesultanan itu sendiri.

simposium
Wakil Sultan di DPD
Seorang wakil kesultanan Kutai Kertanegara, Dr HAPM Haryanto Bachroel yang bergelar Pangeran Harry Gondo Prawiro mengharapkan pemerintah mengakomodir keinginan mereka agar Dewan Perwakilan Daerah (DPD) diwakili mereka para raja dan sultan yang ada di Nusantara.

“Biarkan para anggota DPR-RI di isi orang-orang politik, tetapi DPD sebaiknya diisi oleh para raja-raja atau sultan,” kata Harry Gondo Prawiro.

Ia bersama beberapa raja dan sultan se-Borneo berada di Martapura, untuk menghadiri berbagai kegiatan Milad ke-509 Kesultanan Banjar, dan menghadiri simposium mengenai Kesultanan Borneo.

Menurutnya keinginan demikian sudah disampaikan kepada pemerintah, saat pertemuan dengan Wakil Presiden Bodiono, DPR-RI komisi II, bahkan kepada Presiden SBY.

Menurutnya keinginan tersebut sudah direspon pemerintah dan sekarang sedang diproses, tetapi tidak bisa secepat itu direalisasikan dan perlu pemikiran lagi.

Menurutnya, para sultan dan raja tersebut dilibatkan dalam pemerintahan karena mereka lebih tahu kondisi rakyatnyadi daerah, sementara daerah yang tidak memiliki kesultanan dan raja maka wakil DPD bisa dipilih para tokoh masyarakat atau tokoh adat.

Kemudian agar para raja atau sultan yang berada di pemerintahan tersebut lebih bermakna, mereka bisa diikutkan dalam Lemhanas, sehingga mengerti tentang kenegaraan yang sesuai dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tambahnya.

Menurutnya, sebuah negara ini akan kuat jika memadukan kekuatan pemerintahan dengan kekuataan kesultanan yang masih mengakar dan menyebar di berbagai daerah Nusantara.

Apalagi jika melihat perjalanan atau perilaku bangsa sekarang seakan sudah tak sesuai lagi dengan ajaran adat istiadat,karena itu untuk kedepan sudah saatnya memadukan kekuatan pemerintahan dengan adat istiadat yang berakar di masyarakat, khsusnya yang berkembang dalam kesultanan atau raja-raja Nusantara.

Simposium tersebut bagian dari kegiatan Milad ke-509 Kesultanan Banjar, yang dimeriahkan aneka kegiatan, termasuk musyawarah agung yang diikuti para raja dan sultan se-Borneo.

Dalam musyarakat agung tersebut berbagai persoalan dibahas dalam upaya memajukan bangsa dan negara Indonesia ini sekaligus mencari solusi terbaik agar negara ini bisa setara dengan negara maju di dunia.

Persoalan yang dibahas seperti permasalahan infrastruktur, ekonomi, ketidakadilan politik bagi Pulau Borneo dan kurangnya upaya pelestarian dan pengembangan budaya.

Melihat persoalan tersebut akhirnya mendorong para raja dan sultan se-Borneo menghimpun diri menyamakan visi dan menyatukan langkah untuk membangun Borneo dalam Gerbang Borneo (Gerakan Membangun Borneo Raya).

Dalam musyawarah agung yang dihelat para raja dan sultan se-Borneo sepakat membentuk wadah yang dinamakan “Kerapatan Borneo” dan dengan proses musyawarah maka secara aklamasi,
Dalam musyawarah para sultan dan raja se Borneo memutuskan memilih Sultan Banjar, sultan H Khairul Saleh sebagai sekretaris jenderal kerapatan borneo dengan sebutan “Yang Dipertuan Agung.”
Jabatan tersebut dipercayakan kepada sultan banjar yang juga sebagai Bupati Banjar Kalsel tersebut untuk masa bakti selama dua tahun ke depan.

Sebagai Yang Dipertuan Agung, Sultan Banjar tersebut akan mengkoordinasikan berbagai langkah konsolidasi organisasi maupun aktivitas kerapatan raja atau sultan selanjutnya.

Sultan Banjar sendiri menyatakan segera melaksanakan rapat kerja yang tempatnya akan ditentukan kemudian, akan tetapi untuk sekretariat tetap ditempatkan di Kota Banjarmasin ibukota provinsi Kalimantan Selatan.

kerajaan-banjar

para-raja-borneo

para-taja

kesultanan


MENGUNGKAP KEBERADAAN KOMUNITAS SABAN

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

GUE

Berawal dari pertemuan 2 orang kolektor, Muhammad Ary dan Sunarno yang bersepakat membentuk komunitas pecinta sepeda tua di Banjarmasin, pada tanggal 17 Agustus 2008 mereka bersama beberapa anggota lainnya mendeklarasikan berdirinya  komunitas SABAN.

Nama SABAN dipilih karena kebetulan lahirnya dalam bulan Sya’ban. Hingga saat ini tercatat memiliki lebih dari 200 anggota. Beberapa merek sepeda terkenal yang dikoleksi antara lain Gazelle, Simplex, Batavus, Fongers, Raleigh, Humber, BSA, Mistar, dan lain lain. Komunitas ini terdiri atas berbagai profesi, diantaranya Prof. Dr. Dwi Atmono, M.Pd dosen FKIP Unlam yang nampak sangat menikmati sepeda tua, menggunakannya dan bergabung di komunitas ini.

Menurut Muhammad Ary, misi utama komunitas ini adalah melestarikan sepeda tua sebagai peninggalan bersejarah yang dapat menambah kekayaan warisan budaya kota Banjarmasin sebagai kota tua yang usianya sudah lebih 487 tahun.

Komunitas ini juga dapat mendukung pariwisata kota Banjarmasin, melalui partisipasi pada berbagai acara budaya, parade onthel Nampak sangat menghibur masyarakat yang menontonnya. Pada beberapa acara perkawinan, komunitas onthel seringkali diminta mengantar penganten

onthel.

Selain ajang silaturrahmi, komunitas ini juga peduli lingkungan, mereka telah mengadakan beberapa kegiatan bhakti lingkungan. Sejak peringatan Hari Lingkungan Hidup 2009 komunitas ini selalu aktif dalam mendukung program penghijauan kota.

Pada Hari Tata Ruang tahun 2011, mereka menyumbangkan 485 pohon Trembesi dan Flamboyan kepada pemerintah Kota Banjarmasin. Pohon-pohon tersebut sekarang ikut menambah teduhnya Ruang Terbuka Hijau sepanjang Jalan Pierre Tendean dan beberapa tempat diseputar kota.

Komunitas ini memiliki pembibitan pohon sendiri, mereka menyediakan bibit tanaman untuk dibagikan dan menanamnya dalam berbagai kesempatan. Dengan adanya Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dan adanya Komitmen Pemko Banjarmasin menjadi Kota Hijau (Green City), komunitas SABAN sekarang ikut bergabung dalam Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin sebagai Komunitas Hijau atau Green Community.

Sebagai komunitas hijau yang menggunakan sepeda sebagai Green Transportation, komunitas SABAN sudah membuktikan kemampuan sepeda tua ini berfungsi dengan baik, mereka sudah menguji waktu tempuh antar kota di Kalsel dengan menggunakan sepeda, antara lain dari kota Amuntai ke Banjarmasin ditempuh 16 jam, Banjarmasin Palangkaraya 18 jam, Banjarmasin Takisung 8 jam.

sepeda

200 ANGGOTA KOMUNITAS SABAN DIMINTA CINTAI LINGKUNGAN
Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin,9/12 (Antara)- Sebanyak 200 anggota komunitas Sepeda Antik Banjarmasin (Saban) diminta mencintai lingkungan dengan bertindak dan berperilaku selalu menuju pelestarian lingkungan.

“Mereka para anggota Saban berusaha menggunakan transportasi yang ramah lingkungan, tidak menggunakan energi minyak dan tidak menimbulkan asap salah satu bentuk mencintai lingkungan,” kata Pendiri Komunitas Saban Banjarmasin,  Mohammad Ary kepada pers di Banjarmasin, Senin.

Belum lama ini komunitas yang berdiri 8 Agustus 2008 tersebut beberapa kali melakukan kegiatan terkahir 1 Desember menggelar festival hijau yang melibatkan anggota Saban untuk memberikan pemahaman terhadap pentingnya kelestarian lingkungan.

Dalam festival hijau tersebut digelar pengolahan sampah organik jadi pupuk, pemanfaatan bank sampah, mengolah bahan sampah menjadi kerajinan tangan, dan pameran foto lingkungan.

Komunitas Saban ini juga tergabung dalam Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin untuk memperkuat posisi kota Banjarmasin sebagai kota hijau (green city) di tanah air.

Menyinggung organisasi komunitas Saban tersebut disebutkannya adalah para pengoleksi sepeda tua yang berasal dari tahun 1920 hingga sekarang, sepeda tua tersebut baik buatan Inggris, Belanda, China dan buatan negara lainnya, seperti merk Raleh, Simplek, Simking dan lainnya.

Keberadaan komunitas ini memperkuat pula Kota Banjarmasin sebagai kota tua serta sebagai kota pariwisata disamping kota budaya.

Para komunitas tersebut sudah pula melakukan perjalanan panjang seperti antara Banjarmasin ke Kota Palangkaraya (Kalteng) berjarak 200 km, atau dari Banjarmasin ke Kota Amuntai (210 km) dan Banjarmasin Takisung (70 Km).

Dalam setiap kegiatan perjalanan anggota Saban selalu mengkampanyekan pelestarian lingkungan kepada masyarakat, demikian Mohammad Ary.

ANGGOTA


FKH BANJARMASIN MULAI WUJUDKAN “GREEN CITY”

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

FKH
Banjarmasin, 31/1 (Antara)- Kondisi Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang sebelumnya terlihat gersang, kini telah berubah 180 derajat.

Perubahan drastis itu antara lain terlihat di Jalan Lambung Mangkurat, Jalan Hasannuddin, Jalan A Yani, Jalan Brigjen Hasan Basri.

Waktu itu orang jangankan berjalan kaki, naik kendaraan roda dua terasa kepanasan, tetapi sekarang jalan tersebut begitu rindang, teduh, sejuk, dan dingin sehingga orang berani berlama berteduh, berjalan kaki, atau bersepeda di kawasan itu.

“Saya begitu senang melihat kota kita yang teduh, itu berkat semua pihak termasuk Pemerintah Kota Banjarmasin yang berusaha menciptakan kota yang hijau, bukan sebuah kota yang gersang seperti waktu lalu,” kata Wakil Ketua Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin, Mohammad Ari.

Apalagi, katanya, sesuai amanat Undang-undang No 26/2007 tentang penataan ruang, Pemkot Banjarmasin bersama warga berkomitmen melakukan pembangunan berkelanjutan, dan perlindungan lingkungan alami.

Dalam hal tata ruang 2012 Kementerian Pekerjaan Umum (PU) telah menetapkan Kota Banjarmasin sebagai kota hijau (green city) bersama 60 kota lainnya di Indonesia.

Sebagai kota hijau ada delapan atribut yang harus dilakukan oleh kota berpenduduk sekitar 700 ribu jiwa ini.

Delapan atribut tersebut seperti adanya perencanaan pembangunan yang mengarah kepada pelestarian lingkungan, ketersediaan Ruang terbuka Hijau (RTH) seluas 30 persen dari luas kota sekitar 90 kilometer persegi.
Kemudian kota ini juga harus menerapkan ramah energi atau tidak melakukan pemborosan, harus tersedianya  air bersih dan pemakaian yang terkendali, penanganan limbah dan sampah yang bagus hingga tak mencemari liungkungan.

Atribut lain, seperti pemanfaatan bangunan yang tersedia taman-taman dan penghijauan dan hemat energi, transportasi yang tidak menimbulkan banyak polusi serta hemat bahan bakar, serta peran warga setempat untuk mendukung keberadaan kota hijau tersebut.

“Kami sebagai warga masyarakat yang tergabung dalam wadah FKH tentu saja berkomitmen kuat menciptakan Banjarmasin sebagai kota hijau tersebut, agar kota ini benar-benar menjadi kota yang indah, rindang, dan sejuk hingga menjadi lokasi yang nyaman sebagai hunian,” katanya.

FKH sendiri  adalah kumpulan organisasi cinta lingkungan, seperti dari komunitas pencinta pohon, Persatuan Anggrek Indonesia (PAI), Pena Hijau, Komunitas Wartawan Banjarmasin Cinta Lingkungan, Mapala Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), serta komunitas Sepeda Antik Banjarmasin (Saban).

Organisasi FKH sendiri sudah melakukan penghijauan dengan ribuan pohon trambesi, 2.500 pohon pinang, dan terakhir gerakan penanamaan seribu lukut (Asplenium Nidus) atau sering pula disebut tanaman paku sarang burung.

Penanaman lukut tersebut berlangsung setiap Sabtu pada tiga minggu terakhir dan hampir 800 pohon sudah ditanam, baik di Jalan Lambung Mangkuratm maupun di Jalan Pire Tenbdean atau di pohon penghijauan proyek Siring setempat.

Berdasarkan catatan, tanaman lukut  merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman.

Orang Sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa dikenal dengan kedakah. Penyebaran alaminya adalah di sabuk tropis Dunia Lama (Afrika Timur, India tropis, Indocina, Malesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik).

Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang.

Peruratan daun menyirip tunggal, warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung memanjang (biasa pada Aspleniaceae).

Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam “sarang” yang menumpang pada cabang-cabang pohon. “Sarang” ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya.

Setelah selesai program lukutisasi Banjarmasin, FKH sebagai pendukung program kota hijau terhadap kota yang berjuluk daratan dengan seribu sungai itu, akan melakukan kegiatan lainnya. Seperti penanaman pohon “kariwaya” (beringin) di beberapa lokasi serta penghijauan tanaman rambai padi (Soneratia sp) di tepian Sungai Kerokan Jalan Jafri Jam-jam.

Green Festival

Dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan green city tersebut maka organisasi FKH menggelar green festival di tengah Kota Banjarmasin, guna mengajak masyarakat mencintai lingkungan.

Festival yang berlangsung Minggu (1/12) lalu di lokasi objek wisata Siring Pire Tendeaan Banjarmasin tersebut dihadiri ribuan pengunjung.

Sebanyak 26 stand ikut memeriahkan festival yang pertama kali digelar oleh kalangan FKH yang terdiri dari para kelompok pencinta lingkungan tersebut.

Stand tersebut diisi oleh perajin yang mengolah kerajinan tangan dengan bahan sampah nonorganik. Kreasi daur ulang itu diikuti kelompok sekolah hijau dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Kegiatan tersebut juga diisi pameran foto lingkungan hidup yang digelar oleh organisasi lingkungan Pena Hijau, serta pameran sistem kerja bank sampah.

Saat itu pula didemonstrasikan bagaimana membuat pupuk organik melalui sampah organik oleh pelaku FKH terutama dari Pak Basri yang dikenal sebagai aktivis lingkungan Banjarmasin.

Pak Basri dibantu beberapa anggota FKH mendemonstrasikan beberapa alat sederhana tentang cara pengolahan sampah menjadi pupuk organik. Dia pun mengajak pengunjung menjawab berbagai pertanyaan berkenaan dengan pelestarian lingkungan.

Bagi pengunjung yang berhasil menjawab pertanyaan maka diberikan hadiah bibit buah-buahan seperti bibit rambutan, jeruk dan aneka bibit penghijauan lainnya.

Menurut anggota FKH Banjarmasin Akhmad Arifin kegiatan tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap Kota Banjarmasin yang dinyatakan sebagai kota hijau di tanah air.

Melalui aneka kegiatan FKH nantinya diharapkan melahirkan keinginan penduduk kota mencintai lingkungan yang akhirnya kota menjadi rindah, teduh, dingin, dan indah.

FKH sendiri dikukuhkan oleh Wali Kota Banjarmasin Haji Muhdin bertepatan pada peringatan hari tata ruang.

Kegiatan FKH selain didukung Pemkot Banjarmasin juga diberikan dana kegiatan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pusat.

Dengan aneka program Pemkot yang didukung FKH maka akan memudahkan pencapaian kota Banjarmasin sebagai salah satu green city di Indonesia.

koran

aneka foto kegiatan FKH

——————————–

festival  

festival green

festival2  

festival3

Festival green

kumunitas   Pengurus FKH

 lukutlukut.lukut1      

     mapala unlam      Penanaman Lukut

     pinang 

pinang        Penanaman Pinang


   rusmin      

wawancara   Wawancara televisi



MENCARI SOLUSI ANCAMAN KELANGKAAN AIR BERSIH BANJARMASIN

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

air

Persoalan

Pertengahan Januari 2014 lalu tiba-tiba air Sungai Martapura membelah Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan berubah warna menjadi keruh pekat dan kuning kemerahan, dan kejadian tersebut agaknya mengulang beberapa kali kejadian serupa sebelumnya.
Kondisi air demikian mengisyaratkan air sungai berhulu di Pegunungan Meratus tersebut sudah terkontaminasi kandungan partikel atau kandungan lumpur yang jumlahnya melimpah ruah.
Kekeruhan tinggi semacam itu sudah sering muncul bila terjadi hujan lebat di kawasan hulu, yaitu di kawasan hutan Riam Kanan, Kiam Kiwa atau Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam yang termasuk kawasan Pegunungan Meratus.
Dengan adanya kandungan partikel dalam air Sungai Martapura tersebut sudah membuktikan kawasan resapan air di hulu mengalami kerusakan yang parah.
Kekeruhan tinggi karena partikel mencapai 5000 MTO, padahal idealnya hanya 100 MTO (sumber PDAM Bandarmasih), seperti pernah diukur tahun 2013 lalu.
Kerusakan resapan air diduga akibat penggundulan hutan, penebangan kayu, pertambangan emas, pertambangan biji besi, atau bahkan belakangan kian marak adalah pertambangan batu bara.

keruh
Hutan gundul penyebab erosi, bila hujan sedikit saja maka partikel tanah merah, pasir, dan debu dan limbah lainnya ikut larut dan masuk ke dalam sungai, terus mengalir hingga ke Kota Banjarmasin.
Kondisi kerusakan resapan air puncak Meratus merupakan sebuah ancaman kelangkaan air bersih, bukan saja warga Banjarmasin, tetapi juga warga Banjarbaru, Martapura Kabupaten Banjar, serta mungkin kabupaten lainnya mengingat kawasan itu mengandalkan air sungai tersebut.
Masalahnya semua sungai di Kalsel berhulu ke kawasan tersebut, dan bila kawasan puncak terganggu akhirnya seluruh wilayah Kalsel akan terganggu suplai air bersih. Padahal sumber air bersih di Kalsel tak ada alternatif selain dari sungai.
Sebagai contoh di Kota Banjarmasin, sulit memperoleh sumber air baku selain sungai, karena air tanah di wilayah ini kurang baik untuk diolah air baku PDAM dengan kandungan besi dan kandungan keasaman yang sangat tinggi.
Sementara air sungai bagian hilir begitu mudah terinstrusi air laut,sehingga mengandung kadar garam yang berlebihan dan tak bisa diolah air minum.
Mudahnya air laut masuk ke sungai lantaran debit air Sungai Martapura kian berkurang setelah kerusakan hutan yang ada di hulu, sehingga tekanan air sungai ke muara melemah dan sebaliknya tekanan air laut ke hulu sungai kian kuat akibatnya kadar garam mudah masuk ke sungai.
Kadar garam sungai Martapura yang ideal diolah air bersih sekitar 250 miligram per liter, tetapi disaat musim kemarau kandungan garam bisa mencapai ribuan miligram per liter bahkan pernah mencapai 5000 miligram per liter(sumber PDAM Banjarmasin), dengan demikian air Sungai Martapura bagian hilir praktis tak bisa digunakan kecuali di bagian hulu yakni kawasan Sungai Tabuk.

irigasi-mengering-pdam-merana

sungai depan intake sungai tabuk

Intake Sungai Tabuk

Pengambilan air baku PDAM Bandarmasih di Sungai Tabuk bukan tak ada masalah karena lokasinya begitu jauh antara Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan intake Sungai Tabuk tersebut. Dengan sejauh itu sudah bisa dibayangkan berapa mesin pendorong yang digunakan agar air baku sampai ke lokasi IPA di Banjarmasin.
Dengan demikian maka pengeluaran biaya intake Sungai Tabuk ini begitu mahal hanya untuk membayar listrik saja.
Bukan hanya itu kendala dihadapi di intake Sungai Tabuk ini adalah terjadinya pendangkalan di Sungai Martapura wilayah tersebut, akibatnya air yang disedot pun kadangkala tak bisa maksimal karena terhalang sedemintasi lumpur yang tinggi.
Penulis yang meninjau Intake Sungai Tabuk menyaksikan sendiri betapa surutnya sungai di muara intake Sungai Tabuk ini hingga menghambat upaya penyedotan air baku.
Sedemintasi itu terjadi diduga lantaran hutan resapan air di Pegunungan Meratus itulah yang rusak akibatnya lumpur terbawa arus air hingga ke kawasan Sungai Martapura termasuk di Sungai Tabuk.
Tingginya larutan lumpur Sungai Martapura itu juga bisa dibuktikan dengan kondisi alur Muara Sungai Barito yang selalu mendangkal dan terdapat jutaan meterkubik lumpur ngendap per tahun (sumber Dinas Perhubungan Kalsel) hingga menggangu alur pelayaran.
Bila intake Sungai Tabuk sudah tak bisa berfungsi sama saja dengan mematikan PDAM Bandarmasih, akhirnya Banjarmasin kesulitan air bersih dan kota ini pun kemungkinan akan “mati” pula,karena akan ditinggalkan penghuninya.
Sementara untuk pengambilan air Irigasi Riam Kanan yakni air limpahan Bendungan Riam Kanan juga tak bisa lagi, lantaran saluran yang menuju ke Intake PDAM tersumbat lumpur dan serangan gulma, itu tampak terlihat saat penulis berada di lokasi tersebut beberapa waktu lalu.
Kalau PDAM mengandalkan air hujan, wilayah ini tak memiliki sebuah pun lokasi embung atau penampungan air hujan.
Belum lagi persoalan dimana kandungan air Sungai Martapura sudah terkontaminasi bakteri coliform yang sudah di atas ambang batas pula, disamping terdapatnya kandungan logam berat seperti tembaga, mercuri, dan lainnya yang menurunkan kualitas air di wilayah ini.
Berdasarkan data di PD IPAL yang mengutif hasil penelitian Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Kalsel, menunjukkan kandungan bakteri coliform di Sungai Martapura pernah mencapai 16 ribu PPM per liter di beberapa titik tertentu, padahal idealnya aman dikonsumsi hanya 200 PPM per liter.
Suplai air Sungai Martapura seratus persen mengandalkan air di kawasan resapan di Pegunungan Meratus, karena itu bisa dibayangkan bila kondisi resapan air rusak, lalu kemana lagi warga daerah ini harus mencari air bersih.

air tahura

sumber air meratus
Berarti tak ada pilihan lain, bagaimana agar kawasan resapan air Pegunungan Meratus tersebut harus terpelihara dengan baik, untuk dijadikan sebagai penyangga air bersih di kawasan ini.
Bukti lain rusaknya kawasan Pegunungan Meratus terlihat dari kondisi bendungan Riam Kanan yang debitnya belakangan tidak stabil lagi, bila hujan maka bendungan kebanjiran bila kemarau mudah kekeringan.
Jika bendungan Riam Kanan dibiarkan seperti sekarang, maka debit air di lokasi itu akan terus menyusut.
Tidak stabilnya debit Riam Kanan pun tak terlepas dari kerusakan Taman Hutan Raya(Tahura) Sultan Adam yang berada di kawasan tersebut.
Saat penulis bersama Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahura Sultan Adam, Akhmad Ridhani mengikuti penanaman pohon oleh Bupati Banjar Sultan Khairul Saleh bersama kelompok wartawan Pena Hijau belum lama ini memperoleh penjelasan bahwa 30 persen lahan Tahura kini kritis, atau sekitar 40 ribu hektare dari luas keseluruhan 112 ribu hektare.
Selain akibat kebakaran hutan dan lahan, munculnya lahan kritis juga diduga akibat pembukaan kawasan menjadi ladang dan kebun bagi sebagian masyarakat setempat untuk ditanami pohon-pohon produktif.
Apalagi di lokasi itu terdapat aktivitas masyarakat lantaran bermukim 7000 jiwa penduduk di 12 desa kawasan Tahura, dan penduduk penduduk sulit direlokasi ke luar kawasan masalahnya sudah turun temurun sebelum ditetapkannnya kawasan Tahura sebagai hutan lindung.

Solusi

Kebutuhan air bersih yang diperoleh dari air tawar dari tahun ke tahun terus saja meningkat, sementara jumlah air tawar di dunia ini hanya tiga persen dibandingkan air laut yang asin.
Dari jumlah air tawar tersebut pun hanya tiga persen pula yang bisa diambil dan dimanfaatkan untuk diolah air bersih untuk keperluan kehidupan manusia, yakni air dipermukaan daratan.
Melihat kenyataan tersebut bisa jadi dikemudian hari harga air tawar menjadi sangat mahal, bahkan akan melebihi mahalnya harga bahan bakar minyak dan menjadi barang rebutan, bahkan bisa memicu peperangan antar negara hanya untuk memperebutkan air tawar tersebut.
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya pula sebuah daerah atau wilayah termasuk Kalimantan Selatan yang memiliki sumber air tawar memelihara sumber tersebut, terutama yang berada di Pegunungan Meratus yang dinilai sebagai kawasan menara air di wilayah ini.
Bila sumber air Meratus itu tidak ada lagi, maka sudah bisa dibayangkan apakah “Bumi Antasari” ini akan layak menjadi hunian yang enak atau malah malah sebaliknya akan ditingggalkan, dan bila itu terjadi “tamatlah riwayat” banua ini, dan program pembangunan apapun yang dibuat pemerintah tanpa adanya air bersih untuk kehidupan maka menjadi tidak akan ada artinya sama sekali.
Maka tindakan utama penyelamatan sumber air tawar itu adalah menjaga kelestarian hutan Pegunungan Meratus melalui penghijauan secara besar-besaran di kawasasan itu, baik oleh pemerintah, swasta, masyarakat, bahkan siapa saja yang peduli terhadap ketersediaan air tawar.
Terlebih khusus adalah bendungan Riam Kanan yang nyata-nyata sebagai reserpuar itu harus diselamatkan, karena itu sebaiknya dikelola semacam lembaga atau badan khusus yang fokus menjaga kelestarian lingkungan Riam Kanan.

riam-kanan

Riam kanan

riam kanan kering

Riam kanan kering
Lembaga tersebut misalnya menangani program penghijauan, aliran air, pembangkit listrik, dan aspek lain terkait dengan bendungan tersebut.
Lembaga tersebut bisa saja semacam Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sebagai contoh negara Korea Selatan terdapat sebuah bendungan yang dikelola khusus oleh lembaga semacam BUMN yakni `Q-Water` dan ternyata bendungan itu bermanfaat dalam penyediaan air di wilayah tersebut.
Bahkan di banyak negara dimana ada kawasan resapan air, maka kawasan tersebut harus dijaga ketat bak wilayah “keramat” yang tak boleh diganggu gugat.
Solusi jangka pendek juga harus dilakukan dan penulis setuju tindakan PDAM Bandarmasih membangun embung (penampungan air) skala besar dalam upaya persediaan air di musim kemarau.
Konon PDAM sudah miliki desain mengenai pembangunan embung tersebut dan kini berusaha mencari peluang dana ke pemerintah pusat dalam mewujudkan keinginan tersebut.
Selain berharap bantuan pemerintah PDAM juga mencoba melobi pemerintah provinsi Kalsel disamping mencari dana sendiri untuk kepentingan tersebut.
Bila dana sudah tersedia diharapkan tahun 2014 sudah mulai mengerjakan proyek tersebut dan pada tahun-tahun berikutnya embung yang berlokasi di Sungai Tabuk itu berfungsi sebagaimana mestinya yaitu penyangga kebutuhan air baku.
Solusi jangka pendek lain adalah membangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) mengolah air laut jadi air bersih, jika hal ini berhasil dengan baik maka merupakan angin segar bagi perusahaan air minum kedepan yang selama ini kesulitan memperoleh air baku.
Berdasarkan informasi PDAM sedang membangun pondasi pembangunan IPA tersebut di Desa Pulau Bromo kawasan Desa Kuin Kecil Sungai Barito yang masuk wilayah Kota Banjarmasin.
Hanya saja untuk sementara biaya pengolahan air laut menjadi air tawar ini relatif cukup mahal atau sekitar Rp7.500,- per meter kubik, padahal harga jual air bersih PDAM di Banjarmasin, hanya Rp3.000,- per meterkubik.

Kesimpulan

Melihat kenyataan yang terungkap di atas membuktikan bahwa kawasan resapan air di Pegunungan Meratus Kalsel sudah benar-benar rusak.
Saat ini hutan tropis Pegunungan Meratus yang tersisa ditaksir sekitar 667,951 ha dari 1,66 juta ha (sumber-meratusintitute), dan bila tidak ada tindakan rehabilitasi diperkirakan sepuluh tahun kedepan wilayah ini sudah mengalami kelangkaan air bersih.
Tindakan atau “politikal will”  pemerintah dan masyarakat dalam penyelamatan Hutan Pegunungan Meratus merupakan “harga mati” yang harus dilakukan.
Sementara kreativitas untuk mencari alternatif baru dalam upaya penyediaan air bersih adalah sebuah pilihan, seperti adanya keinginan membentuk Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) regional metropolitan “Banjar Bakula,” walau ini tetap mengandalkan Hutan Meratus sebagai sumber air bakunya.
Pembangunan embung raksasa sebuah keinginan yang harus didukung semua pihak, setidaknya sebagai penampungan air selama musim hujan dan dimanfaatkan sebagai air baku di saat kemarau.
Atau kalau perlu adanya pembangunan sistem perpipaan besar yang menghubungkan Bendungan Riam Kanan ke IPA PDAM yang ada di Banjarmasin ini.
Berkreatif untuk mengolah air asin menjadi air bersih juga sebuah “hadiah besar” yang harus dipersembahkan kedepan , layaknya seperti negara Arab Saudi, agar kelangkaan air bersih yang menakutkan di “banua” yang dicintai ini tidak sampai terjadi.*****


PROYEK “WATERFRONT CITY” WUJUDKAN BANJARMASIN METROPOLIS

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

kota11

Banjarmasin, 11/2 (Antara) – Era tahun 90-an kondisi di bantaran Sungai Martapura baik di tepi Jalan Piere Tendean dan tepi Jalan Sudirman pusat Kota Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, tampak kumuh oleh aneka bangunan liar, tumpukan kayu galam, warung, serta pemukiman penduduk.

Tetapi selama lima tahun terakhir ini kondisi bantaran sungai tersebut berbalik 190 derajat, dimana terlihat asri,penuh dengan taman-taman dengan aneka bunga, taman bermain, pohon-pohon penghijauan, lampu-lampu hias, toilet wisata, serta aneka fasilitas wisata lainnya termasuk dermaga wisatanya.
Di lokasi itupun terdapat panggung hiburan, lokasi pasar terapung, pusat kuliner aneka khas makanan lokal seperti nasi kuning, pusat jajanan jagung bakar, dan banyak lagi kegiatan yang menggambarkan lokasi itu sebagai objek wisata di kota “seribu sungai” Banjarmasin ini.

Semua tersebut tercipta berkat gencarnya Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin, melalui kantor Dinas Sumber Daya Air dan Drainase (SDA) membangun proyek siring yang menjadikan kawasan tersebut menjadi wilayah “waterfront city.”
Seperti diakui Kepala Dinas SDA Banjarmasin Muryanta kepada penulis, pembangunan proyek siring merupakan prioritas untuk menciptakan Banjarmasin sebagai kota metpropolis.

Masalahnya, Banjarmasin tak miliki apa-apa seperti hutan, tambang, atau lahan pertanian, tapi hanya memiliki sungai, agar kota ini maju bagaimana sungai diolah untuk mendukung ekonomi masyarakat.

Dengan dasar pemikiran tersebut Pemkot Banjarmasin didukung Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan  Pemerintah Pusat dalam hal ini Balai Besar Sungai Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bertekad membenahi bantaran sungai menjadi wilayah waterfron city.
siring-sudirman
Waterfront city adalah konsep pengembangan kota di tepian air baik itu tepi pantai, sungai ataupun danau.

Pengertian “waterfront” dalam Bahasa Indonesia secara harfiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan.

Konsep waterfront city dikembangkan mengingat Kota Banjarmasin tergolong kota yang unik dibandingkan kota dimanapun, karena terdapat sungai yang membelah kota ini dengan posisi meliuk-liuk.

Berdasartkan catatan, tak kurang dari 74 sungai membelah kota seluas sekitar 90 km persegi ini, sungai-sungai tersebut merupakan anak dari dua sungai besar yakni Sungai Barito dan Sungai Martapura.

Sutjiono warga Jakarta yang pernah ke Banjarmasin dalam kaitan pertemuan dengan direksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih, Kota Banjarmasin pernah berkomentar keberadaan sungai di Banjarmasin merupakan berkah.

Menurutnya, sungai di Banjarmasin jika dipelihara selain bisa menjadi sumber air baku untuk air bersih juga menjadi lokasi wisata.

Lihat juga kota Bangkok Thailand, Hongkong, Nederland Belanda, Vinessia Italia, atau Singapura dimana sungai ditata sedemikian rupa hingga menjadi sebuah objek wisata yang menarik telah berhasil menciptakan kota tersebut sebagai kota tujuan wisata dunia.

Melihat kenyataan tersebut sebenarnya Kota Banjarmasin bisa mengejar kemajuan kota kota ternama di dunia tersebut, tentu dengan memanfaatkan sungai dengan sebaik-baiknya.

Apalagi Banjarmasin memiliki jumlah sungai yang melebihi dari kota-kota yang disebut di atas, sebenarnya memiliki kelebihan tersendiri, tinggal bagaimana pemerintah kota ini menciptakannya lebih menarik lagi.

Ketika_senja_di_Siring

Mulai 2008
Muryanta menyatakan jauh-jauh hari Banjarmasin sudah memikirkan bagaimana kota ini menjadi metropolis dengan mengandalkan sungai tersebut.

Karena itu bertahap membenahi sungai,mulai dengan pembebasan beberapa lokasi bantaran sungai yang kumuh menjadi sebuah kawasan pertamanan yang indah.

“Lihat saja tepian Sungai Martapura, baik yang di Jalan Sudirman, Jalan Piere Tendean, setelah dibebaskan dari pemukiman kumuh, sekarang sudah menjadi kawasan wisata yang menarik dan menjadi ikon kota,”tuturnya.

Kemudian Pemkot Banjarmasin juga bertahap pembebasan tepian  Sungai Kerokan, Sungai Teluk Dalam, Sungai Kuripan, Sungai Jalan Veteran dan beberapa lokasi lain yang sudah menghabiskan dana tak sedikit.

Belum lagi pembangunan fasilitas berkaitan dengan kepariwisataan sungai tersebut, seperti penataan bantaran sungai dalam upaya menciptakan keindahan itu.

Pembenahan sungai tersebut karena arah pembangunan berkelanjutan kota ini yang dicanangkan sejak tahun 2009 lalu adalah berbasis sungai.

Menurutnya karena arah pembangunan berkelanjutan berbasis sungai maka tak ada pilihan lain selain bagaimana agar sungai-sungai yang banyak membelah kota ini bisa menjadi daya tarik ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat ke depannya.

Kemudian Pemkot juga membangun sejumlah dermaga pada titik strategis menghidupkan kepariwisataan sungai tersebut.

Dermaga dimaksud juga mengembalikan kejayaan angkutan sungai Kota Banjarmasin, seperti lokasi siring sungai Jalan Tendean dan Ujung Murung.

“Kalau di Banjarmasin ini terdapat 15 jembatan berarti yang kita bangun dermaga nantinya sebanyak 15 buah,” tutur Muryanta.

Maksudnya dengan adanya dermaga dekat jembatan itu maka akan memudahkan masyarakat bepergian kemana-mana, baik melalui angkutan sungai maupun angkutan darat.

Mereka yang melalui angkutan sungai bisa singgah di dermaga dekat jembatan kemudian bepergian lagi lewat angkutan darat kemana mereka mau, dengan demikian maka menghidupkan angkutan sungai maupun angkutan darat, tambahnya.

siring

SIRING-KOTA-HIJAU

Keberadaan dermaga itu akan memperkuat keberadaan pariwisata air sebab orang akan mudah bepergian kemana-mana melalui air, harapannya Banjarmasin bisa menjadi kota mertropolis menarik seperti kota-kota wisata air di dunia itu.

Muryanta menambahkan pekerjaan pembangunan siring sebagai lokasi waterforont city akan memanjang hingga lima kilometer.

“Saya yakin proyek siring sepanjang lima Km bisa diselesaikan 10 tahun,padahal target sebelumnya itu baru bisa dikerjakan selama 25 tahun,” katanya.

Optimistis mampu merampungkan proyek tersebut didasari dengan kenyataan yang ada selama lima tahun terakhir ini saja sudah dibangun tiga kilometer. Tiga kilometer tersebut seperti sepanjang siring di Jalan Piere Tendean, eks SMP6, serta Jalan Sudirman.

Tinggal penyelasaian antara Siring eks SMP 6 ke pekapuran hingga ke Jalan RK Ilir tepatnya hingga Tempat Pendaratan Ikan (TPI) air tawar Jalan RK Ilir,tambahnya.

Tiga kilometer proyek siring tersebut sudah menghabiskan dana sedikitnya Rp75 miliar, sebagian besar atau Rp60 miliar berasal dari dana APBN melalui Balai Besar Sungai Kementerian PU, sisanya melalui APBD Pemprov Kalsel, serta APBD Kota Banjarmasin.

Untuk menyelasaikan sepanjang lima kilometer proyek siring tersebut maka dibutuhkan dana sedikitnya Rp150 miliar lagi, katanya seraya menyebutkan bahwa proyek siring dikerjakan sejak tahun 2008.

“Kami akan lanjutkan pembangunan siring Sungai Martapura, agar kota kita tambah indah dan nyaman, hingga nantinya di proyek siring tersebut akan terdapat pusat kuliner ketupat seperti di Pekapuran serta pusat cendramata kain Sasirangan di kampung Seberang Masjig,” tambah Muryanta.

Apalagi sekarang sedang diselasaikan proyek menara pandang Rp14 miliar berlantai empat  yang berarsitektur khas budaya Banjar di lokasi siring Pire Tendean akan menambah kesemarakan kota Banjarmasin.

menara pandang

 

menara pandang

Menara Pandang Hampir selesai

Menara pandang yang hampir rampung itu mampu dinaiki 200 pengunjung, bila naik ke atas maka seluruh kota Banjarmasin akan terlihat.

Pemkot Banjarmasin nantinya akan menambah lagi sebuah patung besar berbentuk kera Bekantan (Nasalis larvatus) yang merupakan maskot Kalsel, dan patung itu juga berada di Siring Pire Tendean.

“Siapapun nantinya berfoto dengan latar belakarang menara pandang atau patung Bekantan maka orang akan tahu bahwa lokasi foto itu berada di banjarmasin,”katanya.

Untuk mewujudkan lebih panjang proyek siring dan menjadi “waterfront city” Banjarmasin tinggal bagaimana mempercepat pembangunannya asal pembebasan lahan bisa segera dilakukan Pemkot Banjarmasin, dan dana untuk pembebasan lahan tercatat Rp50 miliar hingga Rp70 miliar.

Bila pekerjaan proyek siring “waterfront city” berjalan baik maka Banjarmasin bisa menjadi sebuah kota Metpropolis sejajar dengan kota wisata air dunia.

siring1

 

siring1

 

siring2


PAK TUA MENGABDI LINGKUNGAN MELALUI RIBUAN PINANG

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

pinang

Pinang di tepian Bandara Syamsudin Noor

Keringat begitu deras meleleh di wajah berjenggot dan berkumis yang sudah memutih tetapi kedua orang pecinta lingkungan ini terus saja mencangkul tanah merah di tengah cuaca panas di tepi jalan trans Kalimantan.

Satu lubang dan dua lubang terus mereka gali, satu per satu bibit pohon pinang mereka tanam, sehingga tampak berjejer di dekat pagar bandara Syamsudin Noor Kota Banjarbaru, Proivinsi Kalimantan selatan ini.

Sesekali mereka mengobrol seraya menenggak air putih dan menyeka keringat yang terus membasahi baju kaos lengan panjang yang mereka kenakan.

“Kita ini memang orang gila, ya gila terhadap tanaman, karena ingin bumi ini hijau,” kelakar Pak Mugeni (66 tahun) salah seorang dari mereka berbicara kepada temannya yang juga tua Akhmad Arifin (55 tahun).

akhmat Arifin Akhmat Arifin

“Ya memang kita ini orang gila,” kata Akhmad Arifin seraya tertawa terkekeh-kekeh sambil terus mencangkul tanah dengan pacul walau di dekat mereka hilir-mudik kendaraan bermotor di jalan yang padat arus lalu-lintas jalur Banjarmasin ibukota Provinsi Kalsel dengan Kota Martapura ibukota Kabupaten Banjar itu.

Di lokasi saat penanaman puluhan bibit pinang, kedua orang yang sudah terbilang tua ini tak pernah kenal lelah, mereka terus bekerja dan bekerja dari pagi hingga matahari tenggelam.

Semua pekerjaan tersebut dilakukan oleh Pak Mugeni seorang pensiunan PNS dan Akhmat Arifin yang kini mendekati pensiun PNS tersebut tanpa ada yang menyruh, tanpa ada yang memberi upah, atau tanpa ingin dilihat orang, semuanya dilakukan dengan keikhlasan.

“Alhamdulillah sudah lima ribu bibit berhasil kami tanam bibit pinang ini sejak dua tahun lalu,” kata Akhmad Arifin.

Menurut Akhmat Arifin mereka berdua membentuk sebuah komunitas yang namanya Masyarakat Peduli Pohon (MPP), anggota komunitas ini baru terdiri dari dirinya sendiri bersama seluruh keluarganya terdiri dari isteri dan anak-anak dan Pak Mugeni sekeluarga juga terdiri dari isteri dan anak-anaknya.

Kedua keluarga besar ini sejak dua tahun ini bekerja keras melakukan pembibitan pohon pinang, baik di pekarangan rumah masing-masing juga di beberapa lahan khusus milik sendiri dan lahan yang disewa.

Untuk melakukan pembibitan tersebut, mereka jauh-jauh hari melakukan pencarian bibit pinang atau buah matang yang diambil dari Birayang Kabupaten Hulu Sungai Tengah maupun di Rantau Kabupaten Tapin.

Buah pinang yang memerah berarti sudah tua dan siap disemai itu dibeli dari uang kantong sendiri dengan harga Rp300 per biji.

Buah pinang tersebut kemudian disemai di pekarangan dan kebun setelah tumbuh kemudian dimasukan ke plebek (pelastik tanaman) dan dibiarkan beberapa bulan setelah berakar dan agak besar lalu dipindahkan ke lokasi yang menjadi sasaran penghijauan pohon pinang ini, kata Akhmat Arifin.

Obsesi mereka tak lain berkeinginan menghijaukan tepi jalan protokol antara Kota Banjarmasin ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ke arah Kota Martapura ibukota Kabupaten banjar dengan ribuan pohon pinang.

“Keinginan itu sudah lama sekali tetapi pelaksanaannya baru dikerjakan dalam dua tahun terakhir ini.” katanya seraya menyebutkan jarak kedua kota itu 45 kilometer.

Menurut Akhmad Arifin yang dikenal sebagai pecinta lingkungan dan pemerhati Bekantan (kera hidung panjang /Nasalis larvatus) tersebut,pihaknya sudah mengumpulkan sedikitnya 15 ribu bibit pohon pinang.

Dari jumlah tersebut sebanyak sekitar lima ribu batang sudah di tanam,sebagiannya tepian jalan antara banjarmasin-Martapura, seperti di kawasan Gambut, Simpang tiga Liang Anggang, tepian Bandara Syamsudin Noor, dekat asrama haji, dan daerah lainnya.

Pohon yang ditanam tersebut sekarang sudah tinggi sekitar satu meter, dan sudah menghijaukan tepian jalan tersebut, khsususnya yang tampak sisi jalan trans Kalimantan di dekat pagar Bandara Syamsudin Noor Jalan A Yani kilometer 23 tersebut.

Penanaman secara bertahap, dan itu dilakukan dan kini akan terus ditanami hingga sepanjang jalan kedua kota di Kalsel itu hijau dengan pohon pinang, katanya.

Menurutnya, penanaman tak bisa langsung banyak lantaran bisa dikerjakan disaat ia dan temannya Pak Mugeni tidak ada kerjaan, makanya paling bisa dilakukan pada hari Sabtu atau minggu.

“Maklum saya ini kan masih sebagai PNS di lingkungan Pemprov Kalsel, jadi pekerjaan penanaman hanya hari Sabtu atau Minggu,” katanya seraya menyebutkan saat penamaman mereka berdua hanya bisa menanam sehari puluhan batang saja.

Sebab menanam pinang tak sembarang bisa dilakukan, tanah harus dikasih lubang besar dulu, baru di buah bibit kemudian ditimbun lalu disiram, katanya.

Selain itu, mereka juga menanam pinang di beberapa lokasi Banjarmasin, seperti Jalan Kayu Tangi, Jalan Pramuka, Jalan Gatot Soebroto, Siring Tendean, halaman Masjid Jami, lokasi masjid dan makam Sultan Suriansyah,deman markas besar Korem Antasari Jalan Sudrman, serta arah ke Handil Bakti.

masjid jami Tanaman di Masjid Jami

Pilihan penghijauan pinang karena banyak pertimbangan karena selain mudah memperoleh bibit, mudah dirawat dan mudah tumbuh, disamping memiliki estetika (keindahan), maka bilaa menanam pohon pinang di sebuah lokasi apalagi perkotaan maka lokasi kota itu akan menjadi cantik dan hijau (green and beautiful).

Pohon pinang, daunnya tidak berguguran tak membuat sampah kota, pohonnya tegak lurus tak bercabang hingga tak menghalangi pemandangan terutama arus lalu-lintas, akarnya kuat sulit tumbang, maka sangat cocok di pinggir jalan

Selain itu, jika menanam pohon penghijauan termasuk pinang maka merupakan bentuk pengabdian lingkungan sekaligu memberikan sedekah oksigen kepada masyarakat, karena pohon penghijauan selain menyerap polutan (racun di udara) juga mengeluarkan oksigen bagi kehidupan manusia, katanya.

Dengan pertimbangan tersebut maka sejak tahun 2012, 2014, dan tahun-tahun berikutnya akan terus menanam pinang minimal menghabiskan 15 ribu bibit yang sudah tersedia, tetapi jika dianggap masih perlu bibit tersebut akan ditambah lagi.

“Menanam pohon pinang ini diharapkan akan memancing pihak pecinta lingkungan lain menanam pohon jenis lainnya, agar bumi ini terus hijau dan mengurangi efek dari pemanasan global yang sudah dirasakan belakangan ini, dan itulah bentuk yang bisa kami persembahkan kepada bumi ini jika kami sudah meningal dunia kelak,” kata Akhmat Arifin.

Hanya saja sedih, jika tanaman pinang yang mereka tanam kekeringan di saat musim kemarau, terpaksa mereka berdua setiap hari menyiram bibit tanaman itu satu per satu dengan peralatan seadanya seperti ember, jeregan, atau teko air.

Sedih lagi jika tanaman mereka di tebang orang yang tak suka terhadap tanaman tersebut, atau terkena proyek pelebaran jalan, proyek pembangunan gedung, atau bahkan karena dicabut oleh masyarakat yang iseng.

mugeni

Saat ku (penulis) bantu Pak Mugeni tanam pinang

pinang

pinang.

lokasi tanaman pinang di depan Makorem Banjarmasin

Berbagai Manfaat

Menurut catatan Akhmat Arifin, pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran orang makan sirih, selain gambir dan kapur.

Biji pinang mengandung alkaloida seperti misalnya arekaina (arecaine) dan arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak.

Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa digunakan untuk mengobati cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita. Sementara itu, beberapa macam pinang bijinya menimbulkan rasa pening apabila dikunyah.

Zat lain yang dikandung buah ini antara lain arecaidine, arecolidine, guracine (guacine), guvacoline dan beberapa unsur lainnya.

Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah, dan kudisan, biji ini juga dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna merah dan bahan penyamak.

Berdasarkan catatan lagi, akar pinang masa lalu digunakan sebagai bahan peracun untuk menyingkirkan musuh atau orang yang tidak disukai.

Pelepah daun yang seperti tabung (dikenal sebagai upih) digunakan sebagai pembungkus kue-kue dan makanan. Umbutnya dimakan sebagai lalapan atau dibikin acar.

Batangnya kerap diperjual belikan, terutama di kota-kota besar menjelang perayaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus, sebagai sarana untuk lomba panjat pinang. Meski kurang begitu awet, kayu pinang yang tua juga dimanfaatkan untuk bahan perkakas atau pagar. Batang pinang tua yang dibelah dan dibuang tengahnya digunakan untuk membuat talang atau saluran air.

Pinang juga kerap ditanam, di luar maupun di dalam ruangan, sebagai pohon hias atau ornamental.

Saat ini biji pinang sudah menjadi komoditi perdagangan. Ekspor dari Indonesia diarahkan ke negara-negara Asia selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, atau Nepal. Negara-negara pengekspor pinang utama adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Myanmar.

Biji pinang yang diperdagangkan terutama adalah yang telah dikeringkan, dalam keadaan utuh (bulat) atau dibelah. Di negara-negara importir tersebut biji pinang diolah menjadi semacam permen sebagai makanan kecil.

Manfaat buah pinang sangat banyak untuk kesehatan seperti meningkatkan gairah seks, mengobati luka kulit, obat cacingan, menguatkan gigi dan gusi, menyembuhkan kudis, obat setelah melahirkan dan aneka manfaat kesehatan lainnya.

Melihat “segudang” manfaat itulah maka tak salah kiranya pilhan penghijauan memilih tanaman jenis palm-palman ini, demikian Akhmad Arifin.

pinang pinggir jalan

Contoh pinang dipinggir jalan yang ada di daerah lain begitu indah dan hijau


OPERASI BIBIR SUMBING KEMBALIKAN SENYUM ANAK INDONESIA

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

Sesekali tangan Muhamad Ikhsan (7 bulan) yang berada digendongan ibu kandungnya Sadiah (40 tahun) warga Puntik Kabupaten Barito Kuala (Batola) menjamah buku catatan yang ada di tangan aku (penulis), bahkan mulut dengan kondisi bibir sumbing berusaha mengigit kertas buku itu.

Namun sang ibu yang berpenampilan sederhana berusaha mencegah upaya bayinya menggigit buku catatan itu, akhirnya sang bayi menangis.

Di sela-sela acara pengobatan dan operasi gratis bibir sumbing di  di klinik bedah pelastik (Darplastic Beauty by Design) Jalan Hidayatullah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ibu Sadiah menceritakan kegalauan hatinya melihat putra kesayangan itu menderita penyakit kelainan bawaan.

“Aku benar-benar tak nyangka setelah anak ini lahir ternyata bibirnya sumbing” kata Saadiah yang tinggal di kawasan persawahan non jauh dari perkotaan.

Walau anak ini cacat, ia mengaku sangat menyayanginya dengan segala daya ia membesarkan anak itu hingga tampak sehat.

Tetapi untuk mengoperasi agar anaknya sehat seperti orang normal rasanya tak terbayangkan, karena dalam fikirannya pasti biaya mahal dimana bisa memperoleh uang semahal itu, sementara usaha tani keluarganya hanya bisa dinikmati menghidupi hari demi hari yang dilalui saja.

Suatu hari Sadiah mengakui dikabari tetangga yang datang dari Kota Banjarmasin (berjarak 30 Km dari desanya) bahwa tetangga itu terbaca pengumuman dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih Kota Banjarmasin dalam rangka memperingati HUT Ke-41 perusahaan itu yang ingin membantu operasi bibir sumbing bagi anak tak mampu.

Setelah mendengar kabar tersebut sertamerta keluarga ini berangkat ke Banjarmasin dan mendaftarkan anaknya Muhamad Iksan sebagai peserta  operasi bibir sumbing kersajama antara PDAM dengan sebuah program sosial dari yayasan Tempo Scan yang berpusat di Jakarta.

Akhirnya Muhamad Iksan bersama 16 anak bibir sumbing lainnya berkumpul di klinik tersebut pada hari Jumat (14/2) untuk menjalani operasi bibir sumbing oleh para dokter ahli di klinik yang baru beberapa bulan membuka usaha di ibukota provinsi Kalsel tersebut.

Menurut Direktur PDAM Bandarmasih Ir Muslih, keterlibatan perusahaannya untuk membantu operasi bibir sumbing ini merupakan yang pertama kali, dan kemungkinan akan dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang.

Setelah diumumkan adanya operasi bibir sumbing tersebut banyak warga yang mendaftarkan untuk ikut kegiatan tersebut sehingga pesertanya cukup banyak, tetapi setelah dilihat berbagai petimbangan terutama tingkat kondisi anak maka yang diputuskan bisa dioperasi hanya 16 anak saja.

“Kami memang sudah lama ingin menggelar operasi bibir sumbing ini, tetapi itu harus ditangani dengan seksama oleh para ahlinya, saat ini kebetulan ada perusahaan lain yakni Tempo Scan juga mengadakan hal serupa maka kegiatan digabungkan saja,” kata Muslih seraya menyebutkan bakti sosial donor darah merupakan yang sering dilakukan perusahannya.

Saat operasi dilaksanakan, petugas terlihat mendata satu per satu dari ke-16 anak bibir sumbing dari keluarga tak mampu itu. Bahkan satu per satu anak penderita bibir sumbing beserta keluarganya di ambil fotonya oleh petugas dari Tempo Scan.

Banyak cerita pilu yang terdengar dari mulut para keluarga miskin ini, bahkan seorang ibu yang masih terbilang muda usia warga Teluk Dalam banjarmasin mengakui kesedihan yang mendalam seteleh melihat anak pertamanya mengalami kelainan bawaan tersebut.

Bahkan yang lebih menyakitkan setelah bayi yang lahir cacat bawaan berupa bibir sumbing itu sang suami lari dari rumah dan hingga kini tidak tahu lagi dimana batang hidungnya.

operasi-bibir-sumbing-pdam

Direktur PDAM, Ir Muslih (foto Salmah)

Kembalikan Senyuman
Operation Head CSR Center Tempo Scan Pacific Tbk, Iris Herani secara terpisah menuturkan bakti sosial dalam bentuk operasi gratis bagi kelainan bawaan seperti bibir sumbing sudah termaktub dalam program CSR mereka “Indonesia Tersenyum.”
“Lewat Indonesia Tersenyum, untuk bibir sumbing saja, sudah ada 400 anak dari seluruh Indonesia yang telah kami bantu. 16 anak yang dioperasi hari ini, memang bantuan yang terhitung sedikit bagi warga Banjarmasin,” ujarnya.

Indonesia Tersenyum tidak hanya mengkhususkan diri pada kelainan bawaan seperti bibir sumbing, tetapi juga penyakit lainnya.

Panyakit lainnya dimaksud seperti kelainan tidak terbentuknya anus, kelainan saluran kencing, penyumbatan cairan di kepala (hidrocephalus congenital), kelainan jantung bawaan, kelainan saluran pencernaan, hernia kongenital, kelainan ginjal, bibir sumbing, tidak ada langitan, jari-jari dempet, katarak kongenital, dan lain-lain.

Total sudah ada 1700 anak dengan kelainan bawaan yang telah dibantu Indonesia Tersenyum, tuturnya.

Program Sosial Indonesia Tersenyum (PSIT) dicanangkan pada tanggal 17 Juni 2007 dengan misi untuk memberikan bantuan kesehatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah yang buah hatinya yaitu anak-anak maupun balita memiliki kelainan bawaan pada organ tubuh maupun anggota tubuhnya baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi masa depan mereka.

Jenis kelainan bawaan yang dimaksud adalah kelainan bawaan yang dapat dikoreksi atau diperbaiki dengan tindakan operasi/invasif .

Bekerja sama dengan berbagai rumah sakit pemerintah dan swasta di seluruh Indonesia, hingga akhir Desember 2013 PSIT telah melakukan bantuan kepada para anak Indoensia tersebut.

Untuk semakin memudahkan masyarakat dalam mengajukan bantuan, PSIT mengoperasionalkan Kantor Perwakilan Unit Kabupaten Bekasi Ceria dan Unit Kota Bekasi Ceria yang telah dibuka secara resmi pada November 2012.

“Masyarakat dapat mengajukan permohonan bantuan kepada Indonesia Tersenyum dengan melengkapi  persyaratan yaitu usia anak yang memerlukan bantuan operasi di bawah 15 tahun, mengisi formulir surat permohonan dan surat pernyataan, melengkapi dengan foto copy KTP orang tua anak, kartu keluarga, akte kelahiran anak, dan persyaratan lainnya,” ujar Iris Herani.

Sementara di Banjarmasin ada kantor perwakilan yayasan Tempo Scan yakni Jalan Pelabuhan Timur No 14 Banjarmasin, demikian Iris Herani.


IPA PULAU BROMO SENYUMAN 400 KK WARGA TRISOLIR

$
0
0

Oleh Hasan Zainuddin

bromo

Tak pernah sedikitpun terbayangkan dibenak Raudah (40) ibu dua anak warga Ujung Benteng Pulau Bromo Kelurahan Mantuil Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ini bakal bisa minum dan memanfaatkan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih kota setempat.

Pasalnya lokasi tempat tinggal mereka jauh di pesisir Sungai Barito walau berdekatan dengan Kabupaten Barito Kuala (Batola) namun secara geografis masih masuk wilayah Kota Banjarmasin, untuk kemana-mana apalagi ke pusat harus menggunakan angkutan sungai seperti jukung (sampan) atau klotok (perahu bermesin).

“Kami turun temurun hanya memanfaatkan air Sungai Barito yang keruh dan asin ini untuk keperluan air minum dan keperluan lainnya, syukur sekarang kami sudah bisa menikmati air bersih PDAM Bandarmasih,” kata Raudah saat menggendung seorang anak bungsunya.

Hanya saja,katanya untuk diminum air sungai tersebut dieendapkan dulu dalam wadah besar lalu diberi obat pembersih seperti tawas, rasanya tidak enak agak payau, tetapi karena tak ada pilihan maka tetap saja air itu digunakan.

Namun disaat kemarau air sungai begitu asin maka air sungai tak bisa diolah menjadi air minum karena kadar garamnya terlalu tinggi,sehingga warga setempat harus mencarinya ke sana kemari atau menunggu pedagang air bersih keliling pakai perahu dengan harga Rp1500 per jeregen.

“Kebiasaan tersebut sudah turun temurun hingga kehidupan yang dilalui hanya menggunakan air sungai itu, dan makanya sungguh tak disangka sekarang kok berdiri Instalasi Pengolahan Air (IPA) di kampung kami. Alhamdulilah,” kata Raudah sambil tersenyum.

Senyuman ibu Raudah tersebut agaknya satu dari senyuman 400 jiwa warga Pulau Bromo yang sejak dulu mendambakan air bersih PDAM, dan sekarang sudah kesampaian.
air
Direktur PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin Ir Muslih ketika bersama Wali Kota Banjarmasin Haji Muhidin mengunjungi IPA Pulau Bromo tersebut kepada penulis mengatakan pihaknya mencoba membangun IPA mengolah air asin menjadi air bersih yang tawar.

Keinginan tersebut sudah lama, pertimbangannya untuk mencoba mengolah air asin menjadi air tawar sebagai alternatif jika sumber air baku yang tawar berasal sungai terus berkurang dikemudian hari.

Masalahnya air baku PDAM Bandarmasih sekarang dengan produksi sekitar 2000 liter per detik semuanya dari air Sungai Martapura di kawasan Sungai Tabuk, namun debit air di kawasan tersebut sekarang berkurang seiring kerusakan hutan resapan air di Pegunungan Meratus.

Sementara air tanah di wilayah Banjarmasin yang berawa-rawa tidak bisa digunakan sebagai air baku, lantaran kadar keasaman yang tinggi disamnping terdapat kandungan besi yang juga tinggi.

Pilihan kedepan tentu mengolah air asin di Sungai Barito menjadi air tawar, ujicobanya yang berada di IPA Pulau Bromo ini, katanya seraya menyebutkan pembangunan IPA tersebut merupakan bantuan dari pemerintah pusat dan organisasi Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi).

Pertimbangan kedua perusahaannya bertekad bisa melayani air bersih 100 persen penduduk wilayah perkotaan walau mereka berada di lokasi terpencil dan terisolir sekalipun.

“Kita sudah banyak melakukan perbaikan sistem perpipaan, baik pipa besar dan pipa kecil ke daerah-daerah pelosok atau pinggiran Banjarmasin, maksudnya agar tidak ada lagi warga yang menjarit kesulitan air bersih”` kata Muslih.

Sementara di Pulau Bromo yang berada di kepulauan tengah Sungai Barito ini agak sulit dibangun perpipaan makanya dipertimbangan membangun IPA kecil dengan memanfaatkan air asin menjadi air bersih.

“Kita sudah membangun IPA skala kecil dengan kapasitas 0,5 liter per detik untuk pengolahan air laut menjadi air bersih di Pulau Bromo, dan cara tersebut merupakan yang kedua di Indonesia setelah sebelumnya dibangun skala kecil di Pulau Madura, Jawa Timur,”katanya.

Peresmian pemakaian IPA yang berlokasi di pemukiman tepian Sungai Barito tersebut dilakukan Wali Kota Banjarmasin Haji Muhidin seusai perayaan puncak HUT ke-41, Senin (18/2).

Dengan kapasitas itu diharapkan bisa melayani penduduk setempat yang terisolir itu disamping diharapkan mampu melayani kebutuhan air bersih kapal yang hilir mudik di kawasan perairan tersebut.

“Dengan keberhasilan pengelolaan IPA mengolah air laut jadi air bersih ini maka merupakan angin segar bagi perusahaan air minum kedepan yang selama ini kesulitan memperoleh air baku, dan kapasitas di lokasi Pulau Bromo itupun akan dinaikan hingga minimal lima liter per detik,” katanya seraya menjelaskan sistem IPA tersebut dengan “Reverse Osmosis Treatment.”

Hanya saja untuk sementara biaya pengolahan air laut menjadi air tawar ini relatif cukup mahal atau sekitar Rp7.500,- per meter kubik, padahal harga jual air bersih PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin, hanya Rp3.000,- per meterkubik.

Oleh karena itu, pengoperasian IPA di Pulau Bromo tersebut maka akan disubsidi oleh kantor pusat PDAM setempat, katanya.

air tabung

Sambungan MBR

Wali Kota Banjarmasin Haji Muhidin yang datang bersama para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin merasa bangga PDAM yang merupakan perusahaan milik Pemkot setempat berhasil mewujudkan keinginan warganya non jauh dari pusat kota bisa menikmati air bersih.

“Bapak dan ibu apakah senang dengan adanya IPA air bersih ini,” kata Haji Muhidin di hadapan ratusan warga terpencil yang sebagian besar petani dan nelayan tersebut. “Tentu senang pak,” kata warga serentak seraya bertepuk tangan kepada wali kota.

Hanya saja, kata warga mereka tak mampu membayar biaya sambungan baru PDAM yang senilai Rp800 ribu itu. “Kami hanya berpenghasilan kecil mana mungkin kami bisa membayar sambungan baru senilai Rp800 ribu,” kata seorang bapak-bapak tua.

Mendengar keluhan tersebut, wali kota yang sempat berbisik dengan Direktur PDAM Bandarmasih Ir Muslih lalu berkata, “jangan khawatir kami akan memberikan kerirangan bagi warga di sini jika ingin memasang sambungan baru PDAM,” kata wali kota lagi.

Lalu wali kota menjelaskan bahwa Pemkot Banjarmasin melalui PDAM setempat telah memperoleh bantuan dari Pemerintah Australia untuk penyediaan air bersih dengan cara memberikan subsidi biaya sambungan baru Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

“Melalui sambungan baru MBR warga hanya dikenakan Rp150 ribu, tidak dengan tarif normal Rp800 ribu,” kata wali kota menggunakan pengeras suara, seraya disambut tepuk tangan lagi oleh masyarakat setempat.

Sementara biaya pemakaian air bersih diberlakukan sama dengan tarif PDAM Bandarmasih lainnya yakni Rp3000 per meter kubik air.

Berdasarkan pemantauan penulis kondisi masyarakat Pulau Bromo memang cukup memprihatinkan selain kondisi rumah mereka yang begitu sederhanya hanya berbahan dasar kayu dan atap seng atau atap daun rumbia, juga rumah mereka tidak mempunyai jalan darat.

Semua jalan antara rumah ke rumah atau jalan utama merupakan titian atau jembatan kecil yang sambung menyambung dengan kondisi kontruksi juga memprihatinkan, lantaran titian atau jembatan terbuat dari kayu ulin (kayu besi) tersebut banyak yang miring, berlubang, ada bagian-bagian kayu yang terlepas.

Jalan utama masyarakat berupa titian atau jembatan panjang itu 1500 meter, hanya 20 meter yang baik itupun dibantu pembangunannya oleh PDAM Bandarmasih karena berdekatan dengan IPA Bromo tersebut.

Pada kesempatan pertemuan tersebut warga sekaligus meminta bantuan wali kota memperbaiki jalan yang rusak tersebut, mendengar keluhan tersebut wali kota menyatakan akan memperbaikinya secara bertahap.

“Sekarang ada dana Rp500 juta, saya harap masyarakat merundingkannya dengan pihak kecamatan bagaimana memanfaatkan dana tersebut untuk membangun sebagian dulu jalan utama yang merupakan titian atau jembatan yang rusak tersebut,” kata wali kota.

Mendengar jawaban tersebut sekali lagi masyarakat bertepuk tangan seraya menyatakan terimakasih kepada walikota karena beberapa periode walikota terdahulu tak pernah memperhatikan keluhan masyarakat tersebut.

masyarakat

anak bromo


Viewing all 193 articles
Browse latest View live